Thursday, September 25, 2008

secangkir Kopi


Lirih doaku mengalun

Mengiba,..

Memohon pada Yang Esa

Selama ini kusemai biji kopi di malam-malam panjang musim dingin

Berharap akan tumbuh subur di hari-hari cerah musim panas

Namun apa dayaku jika benih itu justru lenyap

Mungkin matahari terlalu garang, hingga membuat setiap selnya menguap

Akan adakah ‘secangkir kopi’ lagi?



Mengenang suatu senja

Bakoel Coffee, Cikini-Jakarta August 30th 2008


SURAT UNTUK AYAH




Ayah ..17 bulan sudah ayah beristirahat
Apa kabar, Ayah?
Mungkin ayah sudah bahagia di sana,..itu yg selalu nurul doakan. Tapi Ayah, Nurul rindu..
Ketika kujenguk tempat peristirahatan ayah,..sebuah bukit di Tasik Malaya.
Sungguh tenang dan sepi itulah tempat yg ayah inginkan selama ini. Kurasa aku tahu sekarang kenapa aku sll merasa nyaman di Umea, bahkan sejak kujejakkan kaki pertama kalinya. Karena aku merasa ayah menemaniku dan aku inginkan itu. dan aku ingin menemanimu, seperti saat terakhir kugenggam tanganmu,..aku ingat bagaimana ayah menggenggam erat tanganku, sulit untuk melepaskannya sampai kau hembuskan nafas terakhir. Aku masih merasakannya ayah.
Ayah,..tanaman di kebun sudah sangat rindang saat ini. Setiap aku berjalan ke kebun di samping rumah,..selalu kuingat ayah dengan sarung atau celana pendek sedang duduk sambil merawat tanaman-tanaman ayah. Setiap kulihat penjual tanaman selalu kuingat bagaimana ayah sangat suka tabulapot, tanaman buah dalam pot, dan bagaimana aku sgt ingin memberi kejutan untukmu.
Ayah,..extravaganza masih disiarkan di transTV. Aku tahu ayah tidak suka. Ayah selalu menyebutnya dagelan kentut karena hampir setiap episodenya ada adegan kentut. Heheh e Tapi aku hanya suka berebut remote dengan ayah. Ayah yang gemar menonton acara dangdut sambil tertawa bergoyang di depan TV sambil duduk. Atau bahkan mengirim sms untuk Siti KDI yg berakibat dapat byk sms iklan. Awhhh Ayah..
Ayah,..sekarang ada film drama korea Hwang Jin Yi. Film ini penuh dengan falsafah kehidupan juga dan perjuangan seperti Jewel in the Palacenya Jang Geum. Seandainya ayah ada, pasti aku sudah meletakkan kepalaku di pangkuanmu sambil menonton film ini. Aku yakin ayah akan suka film ini.
Ayah aku rindu mendengar lantunan ayat alquran yg kau senandungkan setiap selesai shalat maghrib. Dan terkadang rindu kudengar doamu atau bagaimana kau buka pintu kamar saat hendak mengambil air wudhu. Ayah aku ingin menikmati semua itu seperti engkau menikmatinya. Aku sudah jauh dari itu. Maaf. Tapi ibu sekarang sudah semakin lancar mengaji. Beliau bener2 ingin berangkat haji. Dan itu membuatku teringat padamu. Naik haji adalah satu2nya keinginanmu dan aku ikut andil dalam menggagalkannya, setidaknya menurutku meski itu untuk alasan pendidikan. Maaf ayah. Aku tidak berani sesumbar pada ibu untuk membantunya naik haji, tapi aku pastikan akan mengusahakannya demi ibu.
Ayah, sedih kulihat ibu yg kesepian. Kulihat bagaimana beliau berusaha melawan kesepian. Dan aku sungguh merasa egois meninggalkan beliau ke Swedia. Matanya masih saja berkaca-kaca sewaktu melepasku di Bandara Adisucipto kemarin. Ayah, ibu masih sll menanyakan kapan aku akan menikah? Aku hanya bisa tersenyum dan berkata, jika sudah waktunya. Sudahkah kuceritakan padamu ayah? laki-laki yang pernah kau sebut itu benar-benar bukan jodohku. Aku tahu ayah sangat ridho jika aku menikah dengannya. Aku memang pernah menunggunya tapi akhirnya aku sadar, tidak ada takdir dengannya, meski ayah selalu berusaha meyakinkanku sebaliknya. Dan ketika ayah berjuang melawan penyakit, aku memastikan hal itu. Tapi jangan kuatir ayah,.aku juga masih sempat mengucapkan selamat menempuh hidup baru untuknya sebelum aku berangkat ke Swedia.
Ayah ijinkan aku memiliki cita- cita lagi dan harapan. Agar aku bisa hidup, ayah. Agar aku bisa membuat ibu tersenyum. Aku yakin, ayah akan selalu bersamaku. Terima kasih banyak dan salam rindu selalu untukmu.