Setelah Bulan Februari
2015 ini absen dari menulis, malam ini saya merasa harus mulai mengisi blog ini
lagi. Sesungguhnya ada beberapa tulisan yang sudah saya rencanakan untuk
ditulis sejak Bulan Januari. Jadi, mari kita mulai dari serial film Jepang
dengan judul ‘Midnight Diner’ berikut ini.
Serial ini baru tayang di
channel TV ‘Waku Waku Japan’ setiap hari Senin-kamis pukul 21.00-22.00. Serial
ini sangat sederhana baik dilihat dari sudut pandang cerita, pelaku, setting tempatnya dan yang
paling saya kagumi adalah kesederhanaan ide dan konsep ceritanya. Kalau ada serial,
film, dan buku Jepang yang saya sukai maka hampir pasti itu karena ada sudut pandang yang sederhana namun tidak
biasa tentang kehidupan sehari-hari. Jika Anda sempat membaca ringkasan cerita
dalam blog saya yang berjudul ‘No One Perfect’ maka semangat yang sama akan
Anda temukan dalam serial ini, KESEDERHANAAN.
Kisah hidup manusia
selalu menarik untuk dinikmati dan selalu ada sudut pandang baru untuk menikmatinya salah satunya melalui seorang penjual makanan. Melihat dua kali
tayang serial ini saya sudah dapat membuat kesimpulan bahwa setiap episodenya
akan terjadi di sebuah kedai tengah malam. Dinamakan demikian karena kedai ini
memang hanya buka mulai tengah malam, tepatnya pukul 00.00-07.00.
Ada beragam pelanggan
yang datang mengunjungi kedai ini dengan cerita mereka masing-masing. Yang unik
dari serial ini adalah bahwa terkadang kenangan dan cerita kehidupan seseorang tersebut
dikaitkan dengan menu makanan tertentu. Apakah Anda memerlukan contoh untuk
memahami maksud saya? Bagaimana kalau saya ceritakan tentang satu episode yang
tayang hari ini, 17 Maret 2015.
Kali ini ada seorang
pembeli pemudi yang bercita-cita jadi pembawa acara TV yang sedang menikmati
makan di kedai tersebut. Kemudian datang seorang pemuda yang langsung memesan
roti isi telur kepada penjualnya dengan membawa rotinya sendiri. Pemuda tadi
menawarkan rotinya kepada pemudi yang terlihat tertarik pada makanan tersebut. Di
kesempatan lain sang pemudi datang dengan membawa roti dan juga langsung
memesan roti isi telur. Ia bertanya kepada penjual makanan, tentang pemuda itu. Sang
penjual hanya menjawab,” Sebentar lagi ia akan datang”, sambil melihat jam. Dan
sang pemuda itupun benar datang dan hendak memesan roti isi telur. Kali ini
ganti si pemudi yang menawari roti isi telurnya kepada sang pemuda. Dan dengan
malu-malu sang pemuda mengambil makanannya kemudian pergi.
Pembeli yang lain pun
mengomentari,”Mereka akan menjadi pasangan yang serasi. Sang laki-laki canggung
dan malu-malu menerima makanan yang ditawarkan. Sang perempuan juga terlihat
memperhatikan”.
Alkisah mereka sudah
saling tukar menukar no HP. Dan pemudi itu mengajak sang pemuda untuk bertemu.
Pemudi tersebut sudah berhasil menjadi pembawa acara yang terkenal sedangkan
sang pemuda masih kuliah dengan bekerja sambilan sebagai loper koran. Merekapun
bertemu di kampus sang pemuda. Si pemudi menyatakan perasaannya kepada yang
pemuda. Sayang, sang pemuda mengatakan, “Kita berbeda dunia”.
Setelah menolak sang
pemudi, pemuda menyesal dan terkadang ingin sekedar berkirim kabar pada sang
gadis tapi urung dilakukannya. Waktu berlalu sampai suatu ketika kedai itu ramai
membahas koran yang berisi rencana pernikahan si pemudi dengan pemilik bisnis. Pengunjung
laki-laki yang ada di kedai itu menawarkan waktu untuk ngobrol dengan sang
pemuda untuk mengurangi rasa sedihnya (meski sang pemuda tidak tahu apa yang
dibicarakan karena ia baru saja datang). Namun ada juga pengunjung perempuan di
sana yang mengatakan,”Apa kamu tidak bisa berusaha lagi untuk merebut perempuan
yang kamu cintai?”
Akhirnya sang pemudapun
menghubungi si pemudi dan berjanji menemui si pemudi. Ketika menunggu, ia
mendengar pembicaraan rekan kerja kantor sang pemudi yang mengatakan betapa sang pemudi
mengambil keputusan yang tepat untuk menerima lamaran sang pemilik bisnis. Mendengar
itu, sang pemuda sakit hati dan kembali ke kedai yang kali ini sudah sepi.
Ia bertanya kepada
penjual makanan, “Ini pasti soal siapa yang lebih kaya kan?”
Sang penjual lalu
menceritakan bahwa sang pemudi pernah mengunjungi kedai untuk bertemu dengan
pemuda itu. Saat itu ia menceritakan bahwa sang pemudi merasa sedih setelah
ditolak sang pemuda dan pada saat yang bersamaan datanglah sang pemilik bisnis
yang menyukainya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada sang pemilik bisnis
sampai akhirnya ia menceritakan perasaannya terhadap sang pemuda. Sang pemilik
bisnis hanya mengatakan “Silakan dipikirkan masak-masak”. Akhirnya sang pemudi
merasa bahwa ia bisa merasa nyaman menyampaikan apapun perasaannya kepada sang
pemilik bisnis itu. Dan itulah alasan akhirnya ia menerima lamarannya.
Di akhir cerita sang
penjual makanan menasehati pemuda itu, “Jangan berburuk sangka
pada gadis yang kamu cintai. Ia hanya ingin mengucapkan selamat tinggal secara langsung. Kamu seharusnya bangga karena ada perempuan sebaik itu mencintaimu”. Lalu sang pemudapun menangis. Ia tetap
kuliah dan tetap bekerja sebagai loper koran tetapi ia tidak pernah lagi datang
ke kedai tengah malam dan memesan roti isi telur tersebut.
Jadi satu episode, satu
cerita, dan tentang satu menu makanan. Ceritanya selalu tentang kasih sayang
bukan hanya pasangan kekasih tapi juga adek kakak, anak- orang tua dan masih banyak
kemungkinan lain (karena baru 8 episode yang saya tonton). Dan menu makanan
yang dijadikan temapun adalah menu makanan sederhana yang bisa dibuat sehari
hari di rumah seperti mie goreng dengan telur di atasnya (ada kenangan antara
anak perempuan dengan ayahnya di episode ini), salad kentang (anak laki-laki
dengan ibunya), nasi mentega (pasangan kekasih yang saling menyukai namun
akhirnya masing-masing masih tetap sendiri sampai usia lanjut dan baru
dipertemukan di kedai ini). Dalam kesederhanaan itulah tersimpan potensi banyak kenangan
karena makanan tersebut dibuat atau diperuntukkan oleh orang-orang yang tersayang.
Yang menarik dari serial
ini adalah karena resepnya yang sederhana namun sangat berkesan bagi tokoh
dalam episode tersebut. Hampir di setiap episode ada bagian dimana sang tokoh
akan berusaha menghabiskan makanan tersebut sambil menangis karena mengenang
seseorang. Dan karena kesan yang mendalam terkait dengan makanan tersebut, ada kemungkinan
Anda akan tertarik untuk mencoba memasaknya juga. Nah Anda dapat belajar cara
membuatnya karena mereka juga memberikan tips membuat menu yang menjadi tema episode
tersebut di akhir cerita. menarik bukan?
Jadi mungkin memang benar
kata orang tua, ”Sentuhlah hati seseorang lewat perutnya”. ;)
4 comments:
Saya juga suka nonton drama ini mbak.. ceritanya membumi, cerita keseharian saja..tidak kelewat muluk2..
iya, memang terkadang yang sederhana seperti ini justru lebih menyentuh ya
sekarang tayangnya jam 10 kalau nonton di useetv
assalamualaykum, wr,wb. maaf benar dengan Ibu Nurul Kodriati? perkenalkan saya reka dari IK UGM 2012 ingin memohon izin untuk kuisioner dukungan lansia pada penderita DM. Kira2 adakah kontak ibu yang bisa saya hubungi?mohon maaf sebelumnya dan terimakasih:)
Post a Comment