Perjalanan terakhir saya
ke Jayapura menyimpan banyak kisah keberuntungan. It happens sometimes and in my case often during my travel. Satu
hal yang sangat saya sukai dari melakukan perjalanan (apalagi sendiri) adalah
kita dituntut untuk percaya pada orang-orang asing yang ada di sekitar kita dan
mengikuti aturan-aturan baru yang ada di tempat tersebut karena kitalah orang
asing itu (bagi penduduk setempat). Kali ini saya harus tunduk dengan aturan-aturan yang ada di Jayapura. berpikir positif, komunikasi yang baik, dan menghormati aturan setempat yang berlaku membawa saya ke beberapa keberuntungan yang akans aya ceritakan.
Cerita pertama
Keberuntungan yang
pertama terkait dengan dompet saya. Dompet saya ini dompet lama yang saya
dapatkan lebih dari lima tahun yang lalu di Aceh. Tempat itu sangat berkesan
bagi saya hingga saya selalu berusaha untuk menyimpan benda-benda terkait. Ok,
kembali ke kisah keberuntungan. Waktu itu saya masuk ke sebuah supermarket
dengan mengambil salah satu keranjang belanja dan meletakkan dompet tersebut ke
dalamnya. Lalu saya mencari bagian kopi karena beberapa teman minta untuk
dibelikan kopi Papua. Merasa tidak ada kopi yang saya cari, dengan semena-mena
saya meletakkan keranjang belanja itu begitu saja.
Saya kemudian berkeliling
dengan teman saya. Sekedar melihat-lihat. Setelah lebih dari sepuluh menit dan
sambil menunggu teman mengantri di kasir, baru saya sadar bahwa tangan saya
kosong.
“Seharusnya saya membawa
sesuatu”, Kata saya dalam hati,”DOMPETT!”
Segera saya berlari ke
arah saya meletakkan keranjang. Dan keranjang belanja itu masih di tempatnya,
tapi tidak dengan dompet saya. Saya memastikan selama beberapa saat.
“Yah, dompet itu raib. Gawat
ini..bagaimana saya pulang, kartu identitas saya di sana semua”.
Saya berjalan mencari
petugas. Di satu tempat berkumpul beberapa petugas. Saya mencoba bertanya
apakah ada yang melaporkan menemukan dompet yang hilang atau tidak. Dua petugas
berinisiatif untuk meminta info dimana dompet saya hilang dan mengantarkan saya
untuk mencari tahu lewat petugas pengawas CCTV. Kebetulan sekali, keranjang
belanja itu saya letakkan persis di depan CCTV.
Petugas yang saya
laporkan, mengajak saya kembali ke tempat dimana saya meletakkan dompet. Sebelum
sampai, seorang petugas menyerahkan dompet saya kembali.
“Ini ada di dalam
keranjang, kakak. Benar ini punya kakak?”
“Yeah.. itu dompet saya. Padahal
saya sudah tengok di keranjang sbelumnya tidak ada”.
Begitulah. Saya masih
berjodoh dengan dompet itu. Ia kembali meski kita telah dengan sangat ceroboh
melupakannya :d
Cerita kedua
Selain kopi, saya
mendapat banyak pesanan batik Papua. cukup bisa dipahami, untuk bisa
mendapatkan batik ini harus datang ke tanah papua secara langsung dan itu cukup
lama, melelahkan, dan mahal kalau boleh saya berterus terang.
Saya membeli lebih dari
20 m kain batik dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Keluar dari toko saya
tidak mengecek lagi apakah kain yang saya beli sudah lengkap atau belum. Petugas
kasir menggabungkan kain dengan harga yang sama ke dalam satu item sehingga
saya tidak yakin bagaimana harus mengecek. Selain itu, saya sudah terlalu
pusing berada dalam toko itu dengan berbagai macam permintaan.
Kami langsung makan malam
bersama. Selesai makan malam, teman saya ingin mengambil kain yang ia beli.
“Kok kainku ngga ada,
Rul?”
“He, masa?”, Kami
mengecek bersama.
Saya baru tersadar bahwa
kain yang saya bawa pulang lebih sedikit dibanding dengan kehebohan ketika saya
membeli. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIT. Toko pasti sudah tutup
apalagi ketika saya telpon tidak ada yang mengangkat.
“Mungkin tertinggal di
mobil?” Ternyata tidak juga.
Akhirnya, teman saya
mencoba menelpon lagi. Kali ini ada yang mengangkat tapi ketika kami menanyakan
barang kami, petugas tersebut tidak tahu harus menjawab bagaimana karena ia
hanya penjaga. Tiba-tiba datanglah seseorang yang lebih memiliki wewenang dan
menjawab telpon. Ia menyarankan untuk segera datang ke sana dan mengambil
karena kami akan pulang pukul 7 besok pagi.
Begitu tiba di sana kami
baru mengetahui bahwa orang kedua yang menjawab telepon adalah pemilik toko. Ia tiba-tiba
merasa harus kembali lagi ke toko dan “Woyla!” menjadi dewa penyelamat kami.
Salah satu kebodohan kami adalah kami tidak benar-benar tahu berapa meter kain
yang tertinggal. Kami hanya ingat ada empat bungkus kain yang raib. Ternyata ada
lima bungkus kain yang tertinggal, dengan total lebih dari 10m.
Begitulah. Meskipun sulit, asalkan berusaha, akan ada orang lain mungkin akan membantu kita untuk mendekatkan dengan jodoh kita. Kain
itu masih berjodoh dengan saya dan teman-teman saya J
Cerita ketiga
Masih ingat cerita
tentang kopi di cerita pertama? Kisah ini masih seputar kopi papua. Saya sangat
penasaran karena seorang teman mengatakan mendapatkan kopi itu di supermarket. Sepanjang
perjalanan ke bandara, kami mencoba berhenti di beberapa supermarket. Kami
tidak dapat menemukan kopi di supermarket yang kami datangi. Kadang,
supermarket itu terlewat atau masih tutup.
Sesampainya di bandara,
masih saya menyambangi beberapa toko yang ada di sana. Dan kopi yang saya
inginkan tidak terlihat dimanapun. Akhirnya setelah check in dan dalam
perjalanan menuju ruang tunggu, kami menjumpai sebuah toko yang menjual kopi.
Saya membutuhkan empat bungkus kopi namun hanya tersedia tiga bungkus. Petugas
mengatakan untuk menunggu sebentar agar dia bisa mengambilkan stock kopi yang
ada.
Yess! Saya masih berjodoh
dengan kopi. Sering kali ketika kita merasa sudah tidak memiliki harapan lagi,
justru itulah saat bagi ‘jodoh’ untuk muncul kembali. Hahaha saya meninggalkan
bumi Papua dengan senyum keberuntungan.
Cerita keempat
Di Bandara Soetta, saya
melihat dua orang bule. Entah kenapa kehadiran mereka begitu menarik perhatian
saya. Memang mereka terlihat berbeda secara fisik tapi bukan itu yang
membuat saya tertarik. Ada sesuatu yang lain yang jelas ketertarikan itu bukan
karena salah satu dari mereka memeluk bantal selama perjalanan.
Di dalam bus yang
mengantarkan kami ke pesawat, mereka berdua sangat berada tepat di depan saya. Saya
masih sibuk mengira-ira ada apa ya? Dan kebetulan itu masih belum selesai. Salah
satu dari mereka duduk tepat di samping saya di dalam pesawat.
“Damn! I hate this feeling. Feeling that it must be something”.
Saya tidak terlalu percaya dengan kebetulan. Semua
terjadi karena satu alasan. Akhirnya kami berbasa basi. Ia berasal dari US dan
merasa sangat kelelahan karena sudah tiga hari perjalanan menuju jogja. Untuk
magang selama enam minggu.
Selama beberapa menit
pikiran saya terpusat pada kemungkinan bahwa orang di samping saya adalah orang
yang akan magang di kantor saya dan di divisi saya. Dari pada penasaran saya
bertanya padanya,
“Are you coming as part
of ***?”
“Yes..”, ragu ia
menjawab.
“And you will do your
internship in R**** A*****?
“Yes, how did you know
that? By any chance are you from that office?”
“Yes,..what a small world
y”, kami tertawa bersama.
1 comment:
Top 10 best slots casinos for 2021 - SOL.EU
Best Slots 토토 사이트 추천 Casino: septcasino Best Real Money Slots Sites 2021 · Red Dog Casino: Best Overall Slots Casino For https://septcasino.com/review/merit-casino/ USA Players · Ignition 토토 사이트 Casino: Best Casino For Roulette https://sol.edu.kg/
Post a Comment