And let me play among the
stars
Let me see what spring is
like
On a Jupiter and Mars
Saya tidak sedang kasmaran dan tulisan ini bukan tentang
kisah cinta. Lirik lagu tersebut saya cuplik karena lagu inilah yang saya dengar
sebelum kami mendarat di Kuala Lumpur dengan menggunakan maskapai Air Asia.
Sayang, saya tidak ingat siapakah nama pilot yang bersuara merdu tersebut.
Tetapi saya masih ingat betul bagaimana saya, ibu dan teman saya saling
bertukar pandang dengan senyum geli dan senang karena tidak menyangka bahwa
sang pilot akan menyanyi. Dan suaranya sangat merdu seperti mendengarkan konser
live acapela. Hahaha Dan saya masih menyenandungkan lagu itu ketika menuruni
anak tangga sampai lupa untuk memberi selamat langsung kepada sang pilot.
Saya tidak akan pernah lupa penerbangan itu. Jakarta-Kuala
Lumpur tanggal 21 Februari 2014 pukul 20.45 kami tiba. Penerbangan yang
istimewa bukan hanya karena perlakuan istimewa dari staf Air Asia tapi itu
adalah penerbangan jalan-jalan pertama saya dengan ibu tercinta. Berkat Air
Asia saya bisa mewujudkan mimpi saya untuk menjelajah negara tetangga dan
menunjukkan pada ibu saya dunia lain selain Indonesia bahkan lebih sempit lagi
selain Pulau Jawa.
Perjalanan saya dengan pesawat udara baik rute domestik
maupun internasional kebanyakan karena tuntutan pekerjaan dan studi saya. Dan
saya sangat bersyukur sehingga saya selalu mengatakan bahwa Dunia ini terlalu
luas untuk hanya tinggal di satu pulau saja atau satu kota tertentu. Diam-diam
ibu saya juga menginginkan yang senada. Berulang kali beliau mengatakan ingin
menggunakan lagi pasportnya atau menggunakan pesawat lagi seperti ketika beliau naik haji di tahun
2010. Sejak itu, saya selalu berusaha untuk mencari penerbangan minimal asia
tenggara, ke negara yang bisa saya kunjungi.
Saya menyadari bahwa perjalanan-perjalanan saya ke
tempat-tempat yang jauh telah membuat saya belajar banyak, membuka bukan hanya
wawasan tapi juga kepekaan hati terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Hal
ini membuat perbedaan yang besar dalam pemikiran antara saya dan ibu saya. Dan
saya tidak pernah menyadari itu sampai saya mengalami beberapa pertengkaran
karena berbeda pendapat dengan ibu saya. Sejak itu saya selalu berharap agar
dapat menyertakan ibu saya di beberapa perjalanan saya. Beliau berhak untuk
mendapatkan pengalaman dan perjalanan di negara lain sehingga beliau bukan
hanya membayangkan tapi juga merasakan sendiri menjadi orang asing di negara
orang.
Ajakan saya bukan tanpa maksud. Saya punya agenda pribadi
tersendiri. Salah satunya agar ibu saya bisa memahami pola pikir saya. Harapan kedua
saya ketika beliau sudah paham maka beliau akan mendukung perencanaan baik
karir maupun keluarga saya di masa depan. Dan semua itu menjadi mungkin dan
dimulai dengan perjalanan menggunakan Air Asia ke Kuala Lumpur ini.
Selama di Malaysia ada banyak hal yang bisa saya
klarifikasi, tunjukkan dan diskusikan dengan ibu saya. Salah satunya mengenai
tempat tinggal. Selama di Malaysia kami menginap di rumah salah satu sahabat
kami di sebuah apartment. Itu adalah pengalaman baru bagi ibu saya. Kami
berdiskusi tentang bagaimana konsep apartment itu cocok untuk mengatasi
penduduk yang semakin padat dan menyisakan ruang untuk tumbuh-tumbuhan dan
binatang. Tanah-tanah lapang itu juga bisa dijadikan tempat bermain dan
laboratorium alami bagi anak-anak serta banyak manfaat lain. Konsep ini sedikit
berbeda dengan kebiasan di tempat kami dimana rumah selalu berarti memiliki
lahan belum lagi karena banyaknya gempa dan kesan bahwa tinggal di apartment hanya
untuk orang-orang yang individualis tanpa sosialisasi.
Hal kedua adalah mengenai pendidikan dan pernikahan.
Sahabat kami tersebut perempuan juga dan masih single. Salah satu diskusi seru
antara saya dan ibu saya adalah pilihan saya untuk tidak terlalu terburu-buru
menikah dan masih ingin meneruskan jenjang pendidikan. Oleh karena itu, mengenalkan ibu saya pada komunitas saya
adalah salah satu keinginan saya. Saya berharap ibu bisa memahami bahwa fungsi
reproduksi hanyalah salah satu aspek dalam hidup kita masih banyak aspek-aspek
lain yang membutuhkan perhatian dan kerja keras.
Hal ketiga tentang ketidakeksklusifan masjid dan tempat
ibadah. Kami mengunjungi sebuah masjid negara. Di sana pengunjung asing non
muslim juga diijinkan untuk masuk. Bagi mereka yang tidak mengenakan pakaian
muslim, petugas menyediakan jubah untuk digunakan selama mengunjungi masjid.
Ini adalah momen yang tepat bagi saya untuk menceritakan bahwa ketika kita
memberi kesempatan pada pemeluk agaman lain untuk memasuki tempat ibadah kita,
maka kita memberi kesempatan pada mereka untuk belajar. Selain itu, Kebijakan pendirian
tempat ibadah yang berlaku untuk semua pemeluk agama juga memberi gambaran baru
bagi ibu saya bahwa pemeluk agama lain juga berhak untuk beribadah dan
mempunyai tempat ibadahnya sendiri.
Terakhir, saya masih ingin memiliki kesempatan mengajak
ibu saya melihat dunia. Dan saya yakin bisa mewujudkannya seperti karena saya telah membuktikannya dalam perjalanan saya kali ini. Di kemudian
hari saya akan memastikan ibu saya memiliki beberapa kesempatan untuk
menjelajah bumi ini, mungkin dengan Air Asia lagi? Saya sangat berterima kasih
karena beliau memberi saya dukungan untuk belajar dan mencari pengalaman selama
ini sehingga saya berharap hal yang sama juga untuk beliau sampai akhir hayat.
Terima kasih Air Asia.
No comments:
Post a Comment