Tuesday, February 16, 2010

BERDAMAI DENGAN TUHAN 9 CM [3]: FINLANDIA BEBAS ROKOK 2040

Saya masih terpesona dengan sebuah artikel berjudul “Finland smoke-free by 2040”. Mungkin agak terlambat untuk mengetahui hal ini, karena artikel ini dimuat pada tanggal 29 September 2009. Namun usaha pemerintah Finlandia untuk menjadikan negaranya sebagai kawasan bebas rokok masih membuat saya mengacungkan jempol (empat buah).

Finland smoke-free by 2040 berimplikasi pada banyak hal yang akan saya coba uraikan di bawah ini.

1. Orang tua harus memastikan bahwa mereka membesarkan generasi muda bebas rokok. Mungkinkah untuk tidak melahirkan “new smoker” di dalam komunitas masyarakat? (mungkin pertanyaan saya ini terlalu merepresentasikan pesimistik)
2. Memastikan bahwa penurunan jumlah perokok sebanyak 10% pertahun. Angka 10% saja cukup fantastis bagi saya. Dan secara konsisten sampai tahun 2040?? Hmm baiklah mungkin bisa dicapai jika usaha kita didukung oleh banyak pihak
3. Kematian dan kesakitan prematur akibat merokok akan dapat diturunkan. Membayangkan negara tanpa asap rokok saja sudah cukup membuat saya bernapas sangat lega. (Atau sebaiknya saya pertimbangkan untuk hidup di finlandia? Kalau ada kesempatan)
4. Jika Finlandia benar-benar ingin mengisolasi diri bagi perdagangan rokok, saya bertanya-tanya pedagang mana yang mau tetap menjual produk tembakau sampai tahun 2040.

Di luar empat implikasi minimal yang saya uraikan di atas, saya sangat salut terhadap usaha untuk menjadikan Finlandia bebas rokok. Mungkin sedikit bermimpi jika saya berharap hal yang sama terjadi di bumi Indonesia tercinta. Jangankan bebas rokok, pembuatan UU mengenai pembatasan zat-zat adiktif saja sudah coba untuk dijegal. Usaha untuk mengurangi iklan rokok masih ditentang.

Saya teringat, satu pengalaman di sebuah restauran di Jl. Urip Sumoharjo. Malam itu, usai menonton dengan seorang kawan saya makan malam bersamanya. Di sela-sela menikmati hidangan yang ada, serombongan cewek cantik bin seksi datang dan mendekati semua pengunjung pria secara personal. Mereka menawarkan produk rokok tersebut dan berusaha membujuk bahkan pada yang tidak merokok. Terus terang saya terkejut dengan adegan ini. Apakah iklan dengan banner super besar dan iklan yang gencar di TV masih belum cukup? Saya iseng ingin memotret mbak-mbak cantik ini, sayang ditolak.

Mau jadi apa negeriku ini? di saat negara lain berusaha menghentikan penyebaran rokok ini, di negara kita justru semakin subur iklannya. Orang yang tidak merokok di persuasi scr personal untuk menghisap racun. Padahal dengan tidak merokok saja kita sudah menghisap racunnya (second-hand smoker). Bahkan jika kita tidak sempat bertemu langsung dengan asapny kita masih bisa mendapatkan efek negatifnya yang melekat di baju, sofa, selimut dan lain-lain (third-hand smoker).

No comments: