Tuesday, February 16, 2010

INDAHNYA TOLERANSI


Bulan ini mungkin bulan bermimpi bagi saya. Setelah bermimpi Indonesia menjadi negara yang bebas rokok. Kali ini saya memimpikan Indonesia menjadi negara yang penuh toleransi dan kebersamaan. Semua warga negaranya bebas mengemukakan pendapat dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

Sekali lagi, mimpi saya ini bermula dari aktivitas saya di dunia maya. Minggu ini saya berusaha mendaftar sebuah mata kuliah , satu bulan, di Canada. Ada sembilan langkah yang harus dilalui untuk mendaftar. Dalam salah satu langkahnya saya harus menginformasikan hal-hal yang terkait dengan kebutuhan sehari-hari saya.
Bagian pertama dari langkah ini, saya harus memilih pola diet apa yang saya inginkan. Pilihannya dimulai dari vegan (tidak makan daging, produk ternak, ikan), vegetarian,makanan halal, diet diabetes, alergi kacang, bebas laktosa dan beberapa pilihan lain. Saya sangat berterima kasih bahwa bahkan untuk negara yang warga muslimnya minoritas, panitia masih menghargai tamunya yang mungkin saja beragama Islam. Kenyataan bahwa di antara mahasiswanya kelak ada yang mempunyai penyakit diabetes juga tidak luput dari perhatian.

Ini bukan kali pertama saya menemui hal ini. Sebelumnya, ketika ada pertemuan sesama penerima beasiswa SI, Swedish Institute, saya juga tetap diberi pilihan makanan halal. Saya sangat menghargai bagaimana panitia berusaha untuk menghormati tamunya. Bahwa penderita diabetes perlu diet khusus juga mereka perhatikan. Mereka menganggap hal ini sebagai bagian dari service mereka dan lebih dari itu mereka membantu untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat secara umum.

Panitia juga menanyakan apakah (calon) mahasiswa mempunyai kondisi medis yang membutuhkan perawatan khusus. Selain itu, (calon) mahasiswa juga diminta mengindikasikan jika mempunyai kecacatan seperti sulit mendengar, menggunakan kursi roda dan gangguan pandangan. Satu hal lagi yang saya respek dari panitia mata kuliah ini adalah bahwa mereka benar-benar memberi kesempatan belajar kepada semuanya. Saya membayangkan saudara-saudara kita yang hanya karena kakinya kurang berfungsi sempurna dan harus menggunakan kursi roda harus merelakan potensinya terpendam.

Bukan karena universitas menghambat mereka ikut serta. Tapi secara tidak langsung akses menuju gerbang ilmu itu sulit mereka raih. Bus, kereta dan alat transportasi yang ada saat ini sangat mendiskriminasi keberadaan saudara-saudara kita ini. Kalau saya menderita kebutaan atau gangguan pendengaran dan harus bersekolah di SLB, hampir pasti kesempatan saya untuk berkembang tidak sebesar teman-teman saya yang normal.

Sekali lagi saya bermimpi, Indonesia yang saya cintai ini bisa lebih menoleransi saudara-saudaranya yang memiliki kondisi dan pilihan ‘khusus’ dalam hidupnya. Setiap orang berhak untuk berkembang. Dan setiap dari kita berhak menghargai 'pilihan' saudara kita itu :)

1 comment:

オテモヤン said...
This comment has been removed by a blog administrator.