Apakah Anda tetap
meneruskan untuk membaca tulisan saya ini setelah membaca judulnya. Ada
perasaan justru terdorong untuk membaca? Anda masuk dalam perangkap yang saya
buat.
Tulisan ini saya buat
dalam rangka memperingati lima tahun
pasca saya menulis sebuah artikel berjudul “Jitu dengan Psikologi Terbalik”.
Tulisan ini menurut catatan statistik Blogspot selalu menduduki peringkat
pertama yang dibaca oleh para pengunjung blog saya. Cara menemukan artikel ini
bermacam-macam tapi salah satu yang utama yang membuat tulisan ini bisa terus
bertahan selama lima tahun adalah mencari via search engine dengan kata kunci psikologi terbalik (reverse psychology).
Jika Anda merasakan dorongan
untuk melakukan kebalikan dari judul tulisan saya ini, saya hampir bisa
pastikan bahwa Anda juga sering mengalami satu hal berikut di pintu manapun.
Setiap kali di pintu itu tertulis ’DORONG’ maka Anda justru ingin menariknya.
Dan setiap kali tertulis ‘TARIK’ maka Anda ingin mendorongnya.
Anda tidak sendiri. Ada
banyak teman-teman lain yang mengalami hal ini termasuk saya. Keinginan untuk
melakukan hal yang berlawanan adalah efek dari psikologi terbalik yang terlalu
sering dialami atau dilakukan. Dengan kata lain, psikologi terbalik dapat mengganggu
komunikasi . Orang yang terbiasa
menggunakan dan mendapatkan psikologi terbalik akan terbiasa untuk mengartikan
kebalikan dari yang dikatakan sebagai maksud yang sebenarnya. Jika disuruh diam
maka itu berarti harus bicara. Jika dipuji maka itu berarti mengejek dan
merendahkan. Kita menjadi orang yang tidak mudah dipuji dan percaya terhadap
kata-kata yang disampaikan orang lain dan membutuhkan waktu untuk
mengkonfirmasi dengan komunikasi nonverbal lainnya sebelum mengambil
kesimpulan.
Pengalaman menarik dan mendorong
pintu tadi hanyalah pengalaman individual yang jika dilakukan secara jamak di
setting yang berbeda maka akan membuat gangguan sistem sosial. Seperti gambar di bawah ini. Tulisan
dilarang membuang sampah di sini justru berada diantara tumpukan sampah.
Kondisi ini seakan memberikan pesan yang berbeda dan orang cenderung lebih
percaya pada pesan konkrit yaitu adanya sampah di sekitarnya. Saya jamin akan
semakin banyak orang yang membuang sampah di sana.
Contoh lain yang sering
kita lihat adalah banyaknya orang parkir justru persis di depan larangan
parkir. Sepintas mudah sekali mencerca orang-orang tersebut sebagai orang yang
tidak berbudaya. Tetapi orang-orang tersebut sudah terlatih untuk melakukan hal
yang sebaliknya dan menganggap bahwa yang sebaliknya adalah yang sebenarnya
diinginkan. Dan jika orang yang berpemahaman seperti ini ada banyak jumlahnya maka pamandangan sampah menggunung di depan tulisan dilarang membuang sampah dan parkir motor di depan larangan parkir akan sering kita jumpai.
Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh MacDonald G, Nail PR & Harper JR (2011) menyatakan bahwa sekitar
66% mahasiswa(i) S1 di Queensland dan 72% mahasiswa (i) di University of
Toronto , Canada menggunakan psikologi terbalik ini. Presentase yang cukup
besar. Salah satu contoh penggunaan psikologi terbalik ini adalah
“Saya menggunakan hal ini
setelah ujian berakhir dengan mengatakan saya gagal sehingga orang lain akan
berusaha menghibur saya”
Peneliti meyakini bahwa
penggunaan psikologi terbalik ini akan jauh lebih besar di daerah yang lebih
mengutamakan komunikasi tidak langsung dan budaya sungkannya lebih besar.
Australia dan Canada jelas bukan representasi yang baik untuk kasus ini. Di
budaya yang menekankan komunikasi tidak langsung ini meyakini bahwa menyatakan
pendapat yang berbeda dan berargumen langsung akan dianggap tidak sopan. Oleh
karena itu, mereka cenderung akan memilih kalimat yang seolah olah sesuai
dengan lawan bicara (meskipun berbeda dengan apa yang diyakininya) agar lawan
bicara memutuskan sebaliknya.
Contoh lain dari
penggunaan psikologi terbalik ini adalah sebagai berikut:
“Ketika ada dua pilihan dengan
teman, maka saya akan mengatakan pada teman saya untuk membuat pilihan, dengan
harapan bahwa mereka akan tidak setuju dan mengatakan bahwa saya bisa memilih
(saya mendapatkan pilihan saya tanpa terlihat terlalu mengontrol dan
mendominasi).”
Strategi ini memang paling tepat dilakukan ketika berhadapan
dengan orang yang senang mendebat dan sulit berkompromi. Salah satu cara yang
paling jitu menghadapi orang dengan tipe ini adalah dengan mengatakan kebalikan
dari yang kita inginkan. Karena orang ini tipe yang sangat mudah tidak setuju,
ada kemungkinan dia akan menjawab hal yang sebaliknya yang sebenarnya kita
inginkan seperti contoh di atas. Oleh karena itu metode ini sangat sering
diterapkan pada anak-anak.
Sebenarnya masih banyak
metode lain yang dapat kita gunakan untuk berkompromi dan membuat lawan bicara
melakukan yang kita inginkan. Jika Anda cukup asertif dengan menyatakan secara
terbuka pendapat kita dan menunjukkan ketidaksetujuan lawan bicara, kemudian membuka
diri untuk diskusi juga dapat meningkatkan kesuksesan komunikasi kita.
Masihkah Anda akan
menggunakan psikologi terbalik cukup sering?
Referensi
MacDonald G, Nail PR
& Harper JR. Do people use reverse Psychology? An exploration of strategic
self-anticonformity. Social Influence. 2011, 6(1)
No comments:
Post a Comment