Wednesday, March 02, 2011

Cinta Vs Lelang

Cinta dan pelelangan, apa hubungannya? Membaca buku ‘Sway’, belum menginspirasiku untuk menulis. Meski bagian pelelangan dan hubungannya dengan keputusan US untuk membantu Vietnam Selatan melawan komunisme dari utara cukup mengejutkanku. Hingga seorang kawan menceritakan kehidupan cintanya, ini memberiku ide, “Cinta juga seperti pelelangan”. Di pelelangan, ada kalanya kita beruntung mendapatkan barang berharga dengan harga murah di lain waktu kita rugi karena membayar mahal untuk benda yang kurang berharga.
Jadi begini, dalam buku itu diceritakan seorang dosen di Harvard Business School mengadakan ‘Lelang $20’ untuk kelas negosiasi. Peraturannya hanya dua, kenaikan penawaran hanya boleh selisih $1 satu dengan yang lain dan penawar tertinggi kedua harus membayar sejumlah tawarannya meskipun kalah.
Seperti yang telah diperkirakan oleh dosen, tahap pertama berlangsung sangat cepat. Setiap mahasiswa membayangkan mendapatkan sedikit keuntungan dari $20. Ritme sedikit melambat ketika penawaran mencapai $12-$16, tahap kedua. Sebagian besar sudah menebak ke arah mana lelang ini. $20 menjadi kurang bernilai. Hingga akhirnya hanya tersisa dua penawar tertinggi. Penawar kedua ($16) bisa memilih untuk berhenti dan mengakui kekalahannya atau menaikkan tawaran menjadi $18.
“Sudahlah, menyerah saja. Mumpung kekalahanmu masih sedikit”, Mungkin itu yang dikatakan teman-temannya yang lain sambil tersenyum melihat pertarungan ini.
Tapi di tahap ketiga ini, kedua penawar itu sedikit sulit menerima kekalahan dan menjadi lebih berkomitmen untuk memenangkan lelang. Penasaran. “Aku masih bisa menang”. Dan benar, lelang ini terus berlangsung. Semakin dalam terperosok ke dalam lubang dan sulit melepaskan. Penawaranpun terus berlanjut, $50,.. $75 dan penawaran tertinggi mencapai $204. Seperti judul bukunya, ‘Sway’, kita terkadang berlaku tidak rasional. Dalam hal ini, sulit menerima kekalahan dan komitmen menghalangi untuk berpikir ‘waras’.
Kembali ke cerita teman saya. Bagaimana menghubungkannya? Di awal masa romantisme itu berkembang, itu adalah fase-fase euphoria. Sama seperti ketika para mahasiswa membayangkan memperoleh $20. Kata-kata sayang mudah diucap di sini. Janji-janji manis diobral murah. Perilaku menyakitkan dinihilkan. Semuanya indah.

Seperti halnya pelelangan, mendapatkan pujaan hati terkadang begitu sulit. Membuatnya, bukan hanya sekedar berkata baik tetapi hadir dan bersama secara fisik menjadi sebuah tuntutan. Ini adalah masa-masa kritis, $12-$16, terutama bagi pihak perempuan. Ia mengharapkan komitmen, kepastian bagi hubungan. Ia mulai berpikir bahwa jika laki-laki pilihannya ini serius maka pasti akan ada sebuah usaha lebih untuk mewujudkan harapan itu. Di pihak laki-laki, masalah ini mungkin belum terpikirkan.
Keputusan mundur teratur bukanlah pilihan yang mudah. Kalah itu menyakitkan! Apalagi jika harapan yang dipupuk sudah sedemikian tinggi. Tidak adanya calon lain, faktor umur dan desakan keluarga terkadang semakin menjauhkan dari kerasionalan.
“Lebih baik memiliki hubungan yang kurang jelas dari pada menjadi jomblo sejati “.
Dan yang pasti, komitmennya menjadi semakin kuat. Mungkin juga berpikiran bahwa usahanya kurang maksimal, Tuhan sedang menguji kesungguhannya atau prianya ini membutuhkan sedikit lebih banyak waktu. Ia menjadi begitu berdedikasi. Di waktu yang sama, keluarga dan kawan-kawannya berpendapat hubungan ini tidak bisa terus berlanjut.
Ia menggali lubang yang lebih dalam, dan semakin terperosok. Jika dibiarkan, hubungan yang sudah bertahun-tahun itu akan semakin berlarut-larut, tanpa ada peningkatan berarti. Semakin lama, akan semakin sulit untuk melepaskan. Melepaskan sesuatu tanpa mendapatkan penggantinya memang sulit. Sekali lagi, kalah itu menyakitkan, Jeng! Tapi terkadang itu proses yang harus dilalui. Jodoh memang di tangan Tuhan. Tapi ketika sebuah hubungan menjadi siksaan, dalam berbagai macam bentuknya, adalah hak kita untuk menyudahinya dan membuka pintu kebahagiaan yang lain.
Tuhan ingin membahagiakan makhluknya jadi berilah jalan agar kebahagiaan itu bisa singgah. Tidak mudah untuk sendiri, tapi ketika kita menutup satu pintu akan terbuka pintu-pintu yang lain. Tuhan maha kaya, termasuk dalam urusan jodoh. Jadi berilah kesempatan agar hati kita melihat ada pintu lain yang akan terbuka. Amien 

No comments: