Friday, December 19, 2008

Berawal dari mimpi

16 Desember 2008, aku menerima email balasan dari dr. Rukmono Siswishanto SpOG(K), M.Kes. Beliau atasanku di Program Aceh tempat aku bekerja sebelum ke Swedia. Selama satu setengah tahun kami bersama menjalankan program hasil kerjasama World Vision Australia-FK UGM- RSUD CND, Meulaboh. Ayah keduaku, kurasa.
Sebenarnya aku menghubungi beliau karena mimpiku. ???Bingung ketika bangun tidur. mungkin juga ini peringatan untukku sholat shubuh. Maka kuseret kakiku untuk mengambil air wudhu. Sambil bertanya dalam hati,”Ono opo?”
Ini bukan pertama kali. Aku tahu mana mimpi yang berarti firasat dan mana yang sekedar bunga mimpi. Yakin kali ini pasti benar juga. Tapi kenapa? Ngopo? Why? varfor? Orang- orang selalu mengaitkan mimpi dengan alam bawah sadar. Percaya pada dalil itu tapi aku tidak pernah bicara pada siapapun ataupun tidak juga berpikir tentang beliau. Ataupun tentang ‘Natura’. None.
Mba Marie, seorang kawan di Aceh memberi kesempatan kepadaku untuk membuktikan kebenaran mimpiku. Nama lengkapnya adalah dr. Marie Caesarini, SpOg. Dia heran ketika kubilang,”Natura dah edisi kedua ya mbak?”
Kujelaskan tentang mimpiku. Aku melihat Pak Rukmono mengendarai mobilnya. Di tengah perjalanan beliau melihat majalah ‘Natura’, majalah yang baru dirintis. Secara implisit beliau memberitahuku bahwa ini majalah kedua. Selanjutnya ada diskusi tentang distribusi majalah ini. Ide baru yang muncul adalah bagaimana jika memberikan ‘suplemen’ atau bonus untuk menarik minat pembaca.
“Tapi itu dalam mimpi ya”, Katanya masih tak percaya.
AHA!! Mimpiku benar. Hari gini masih percaya mimpi? Menyesal harus kukatakan,”Yes, I do”.
Kembali ke emailku kepada Pak Rukmono yang berjudul majalah. Aku juga menceritakan tentang keraguan kelanjutan studiku. Masih menimbang-nimbang suatu tawaran terkait dengan satu masalah pribadiku. Akhirnya kudapatkan wejangan yg lama tidak kudapat dari beliau. Law of Attraction.
“Alam itu akan membantu kalau kita memang meniatkan”, Tegas Pak Rukmono.
Bagaimanapun hal itu mengingatkanku pada ‘the alchemist’, Paulo Coelho. Satu kalimat favoritku adalah “The universe conspires to help who want to pursue their destiny”.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan agenda dalam alam bawah sadar kita. Sesuatu yang benar- benar diinginkan. Dengarkan kata hati dan perhatikan pertanda di sekitar kita. Kudapati begitu sulit untuk mendengarkan hati nurani. Apa mauku sebenarnya?
Aku hanya tahu satu doa yang masih selalu rutin kupanjatkan selama lebih dari 10 tahun.
“Allah, yang maha berilmu. Jika Engkau menghendaki aku menjadi orang berilmu maka pastilah kudapati diriku berada di antara orang-orang yang berilmu. Karena itu, kehendakilah aku menjadi orang yang berilmu”.
Hasilnya, meskipun dengan IQ yang terbatas. Usaha yang pas-pasan aku selalu ‘tersesat’ di jalan yang benar. Bagaimanapun aku meragukan jalanku selalu ada jalan untuk kembali ke ‘bangku sekolah’. Semoga aku tidak salah mengartikan tandaMu.

Tuesday, December 16, 2008

PEREMPUAN ITU

Tulisan Jati berjudul Lelaki Cina nan Tampan benar- benar mengusikku. Setidaknya membuatku menunda tidur meski jam sudah menunjukkan pukul 01.18 am.

Anganku melayang ke beberapa kejadian di masa yang belum lama berselang. Pertama, saat kursus narasi jurnalisme Juli- Agustus 2008. Ada mba Khanis dan mba Siti yang pasti sangat asyik untuk berdiskusi mengenai Gender. Kedua, tentang Rifka Annisa. Salah satu lembaga pendampingan wanita yang juga tempatku magang selama musim panas kemarin. Dan terakhir, Mengingatkanku pada Erik Svedman. Seorang kawan, LELAKI yang sangat perhatian dengan masalah ini. Ia berhasil membawa Leage Table bahkan berbagai macam analisis biaya dalam perspektif gender.

Teman saya yang terakhir ini membawa pemahaman baru. Ia sangat memperhatikan masalah ketimpangan dan kesenjangan. Sesuatu yang terjadi karena seseorang terlahir sebagai laki-laki dan yang lain sebagai perempuan. Dan ia membawa kita ke dalam perspektif baru mengenai gender di dataran ekonomi kesehatan.

Lalu makhluk seperti apakah perempuan itu?

Seseorang yg berambut panjang, menggunakan gincu dan berbagai macam make up? Kalau dia muslim maka ia akan menggunakan jilbab. Selalu merengek minta bantuan jika ada masalah. Tidak bisa menyimpan rahasia. Pasif dan lemah. Selalu berada didalam rumah menanti sang suami yang lelah mencari nafkah?

Lalu bolehkah aku mengaku perempuan meski rambutku pendek dan tidak pernah berdandan? Perempuankah aku jika aku tegar menghadapi hidup dan bekerja seharian untuk mencari nafkah juga? Masihkah aku dihargai dalam lingkungan sosialku hanya karena aku mengatakan bahwa seorang pria ganteng. Padahal memang itulah kenyataannya.

Tanpa bermaksud menggugat tradisi, aku hanya mempertanyakan,”Apa salahnya?”

Jati, lepas dari perasaan ‘itik buruk rupanya’ adalah salah satu contoh sederhana dari bagaimana kita terikat pada norma dan budaya. Aku bangga pada budayaku. Tapi tidak ada yang statis di dunia saat ini. Sudah saatnya stereotype negatif tentang perempuan dihapuskan minimal dikurangi.

Dimulai dari hal-hal sederhana sehari-hari. Dosakah seorang perempuan jika ia mengatakan,”Aku menyimpan perasaan padamu”?

Apa dengan mengatakan hal itu maka harkatmu sebagai perempuan terendahkan? Padahal rasa itu nyata adanya. Padahal hari-hari terasa lama berlalu karena setiap detik selalu terbayang wajahnya. Suatu rasa yang jika tidak diungkapkan akan mengganggu stabilitas aktivitas kita.

Pernah aku memilih untuk menjadi ‘perempuan baik’. Memilih untuk diam, meski terkadang tidak tahan untuk mengajak ngobrol meski hanya lwt y!m. Dan itu sungguh mengganggu hari-hariku. Beruntung jadwal kuliah tahun lalu tidak memberi banyak ruang untuk melamun. Tapi satu tahun waktu yang cukup lama hingga kuputuskan menuntaskan penasaranku.

Dimulai dengan mengunjungi kota tempatnya belajar. Pesawat selama satu jam lima menit, plus tiga jam perjalanan dengan kereta. Hanya untuk menikmati saat-saat terakhir. Menulis travelogue sepanjang 10 halaman,sekitar 4000 kata. Dilanjutkan perjalanan kereta lain selama 10 jam sekedar menikmati secangkir kopi bersama. Secangkir kopi yang sangat mahal harganya. Bukan hanya karena kami membelinya dari sebuah kafe yang lumayan berkelas. Tapi karena kami tidak pernah punya waktu. Swedia terlalu jauh, dan satu tahun bukan waktu yang pendek.

Tapi apakah harga diriku sebagai perempuan menjadi hilang hanya karena mengajaknya ke kafe berdua? Hanya karena mengatakan,”Aku pernah ‘menunggumu’.” Jujur aku merasa lebih berharga setelah membuat pengakuan itu. Aku tidak peduli apapun responnya tapi nothing to lose. Aku memang menyukainya dan tidak akan memaksakan perasaanku.

Masihkah aku seorang perempuan yang baik di mata kalian?

Wednesday, December 03, 2008

CUKUPKAH ACTN3 SAJA?

Bukannya mempersiapkan diri kursus bahasa Swedianya, cewek berkerudung hitam itu justru sibuk membaca International Herald Tribune, IHT. Duduk nyaman di sofa dengan kaki terjulur beralaskan kursi merah. Tas punggung hitamnya terkulai di dekat kursinya. Sesekali saja perhatiannya teralihkan. Pertama untuk melirik ke arah jam tangan Regal merah jambunya. Dan ketika sepasang muda mudi memilih untuk berciuman di depannya. Mungkin tidak mau tahu urusan orang lain dan tak nyaman melihatnya di tempat terhormat ini.Yang jelas koran di tangannya terangkat beberapa sentimeter.

Sebuah artikel karya Juliet Macur menuntut perhatiannya penuh. ‘Born To Sprint? DNA tests could hold the answer’. Sejauh ini ia lebih banyak mendengar penggunaan ilmu tentang genetik dan molecular dalam konteks penyembuhan terhadap penyakit. Mencari terapi yg efektif untuk penanganan diabetes dan alzheimer misalnya. Tapi tes DNA untuk mencari tahu bakat anak? Terlalu mutakhir sepertinya.

Salah satu referensi dari artikel ini adalah penelitian pada tahun 2003 tentang hubungan ACTN3 dan kemampuan atletik. Dua tipe yang mempengaruhi adalah tipe R dan X yang bisa diturunkan dari orang tua kita. Tipe R membuat tubuh memproduksi α-actinin-3, biasa terdapat di otot sendi. Keberadaan protein jenis ini membantu tubuh untuk berkontraksi secara kuat dan cepat. Sangat berguna di olah raga yang memerlukan kecepatan dan kekuatan seperti sepak bola dan lari jarak pendek.

Tipe lainnya adalah X. Keberadaan sepasang X diartikan bahwa individu tersebut lebih cocok untuk olah raga yang melibatkan daya tahan, seperti maraton. Cara kerja tipe X adalah kebalikan Tipe R. Tipe X mencegah tubuh untuk memproduksi α-actinin-3.

Penelitian pada manusia ini didukung oleh penelitian percobaan pada tikus. MacArthurDG, Seto JT, Chan S, et.all dalam jurnal Human Molecular Genetics 2008 17(8):1076-1086. Tipe XX juga dihubungkan dengan berkurangnya diameter fast fiber dan meningkatnya aktivitas beberapa enzim dalam jalur metabolik aerobik. Selain itu, kemampuan kontraksi otot berubah dan penyembuhan akibat kelelahan juga lebih cepat.

Tapi apa benar sebegitu mudahnya menemukan bakat anak?

Gadis berkacamata itu sepertinya tidak setuju. Kenyataan terlalu kompleks untuk dibuat sesederhana itu. Anggap saja ACTN3 memang berpengaruh terhadap kemampuan olah raga seseorang, ada banyak gen lain yang berpengaruh. Kadang efeknya sinergis kadang kontradiksi.

Ia sepakat terhadap pendapat pakar bernama Stephen Roth. Bukan hanya karena dia berasal dari departemen kesehatan masyarakat juga. Tapi lebih karena beliau pernah melakukan penelitian dalam bidang ini.

"The idea that it will be one or two genes that are contributing to the Michael Phelpses or the Usain Bolts of the world I think is shortsighted because it's much more complex than that," Katanya.

Lebih lanjut, beliau mengatakan ada sekitar 200 gen yang berpengaruh terhadap kemampuan olah raga seseorang. Tapi bukan hanya alasan itu yang meresahkannya. Bagaimana mungkin satu faktor cukup untuk terjadinya sesuatu hal?

Multiple causation theory sangat bisa digunakan dalam hal ini,”Pikirnya. Kemampuan atletik seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh faktor gen apalagi dengan hanya melihat satu gen saja. Faktor lain seperti nutrisi, lingkungan, kematangan emosional dan jangan lupa keberuntungan. Kelebihan apapun yang Anda miliki tanpa keberuntungan tidak akan terjadi.

Tapi benarkah ada keberuntungan dalam hidup ini. Maktub. Kata ini merujuk dari novel Paulo Coelho, The Alchemist. Sesuatu yang sudah tertulis atau sepadan dengan takdir. Sekeras apapun usaha kita kalau Allah menghendaki untuk tidak terjadi, tidak akan mungkin terjadi.

Kembali ke masalah gen. Ia teringat sebuah film, film yang sangat menginspirasi mengenai gen dan masalah molekular. Setelah berusaha mengingat judul film itu, akhirnya ia menyerah. Tapi ia ingat bahwa gen disimbolkan sebagai biji dan faktor lain terutama lingkungan disimbolkan sebagai tanah. Kualitas biji memang sangat penting untuk menghasilkan buah, sayuran apapun itu. Tapi harap dicatat dengan tinta tebal. Tanpa tanah dan lingkungan yang baik ia tidak akan tumbuh optimal. Kesuburan tanah, iklim, cara perawatannya dan banyak hal lain ikut berpengaruh.

REFERENSI

Macur J. Born To Sprint? DNA tests could hold the answer. International Herald Tribune. December1st 2008

MacArthurDG, Seto JT, Chan S, et.all. Human Molecular Genetics 2008 17(8):1076-1086

Thursday, September 25, 2008

secangkir Kopi


Lirih doaku mengalun

Mengiba,..

Memohon pada Yang Esa

Selama ini kusemai biji kopi di malam-malam panjang musim dingin

Berharap akan tumbuh subur di hari-hari cerah musim panas

Namun apa dayaku jika benih itu justru lenyap

Mungkin matahari terlalu garang, hingga membuat setiap selnya menguap

Akan adakah ‘secangkir kopi’ lagi?



Mengenang suatu senja

Bakoel Coffee, Cikini-Jakarta August 30th 2008


SURAT UNTUK AYAH




Ayah ..17 bulan sudah ayah beristirahat
Apa kabar, Ayah?
Mungkin ayah sudah bahagia di sana,..itu yg selalu nurul doakan. Tapi Ayah, Nurul rindu..
Ketika kujenguk tempat peristirahatan ayah,..sebuah bukit di Tasik Malaya.
Sungguh tenang dan sepi itulah tempat yg ayah inginkan selama ini. Kurasa aku tahu sekarang kenapa aku sll merasa nyaman di Umea, bahkan sejak kujejakkan kaki pertama kalinya. Karena aku merasa ayah menemaniku dan aku inginkan itu. dan aku ingin menemanimu, seperti saat terakhir kugenggam tanganmu,..aku ingat bagaimana ayah menggenggam erat tanganku, sulit untuk melepaskannya sampai kau hembuskan nafas terakhir. Aku masih merasakannya ayah.
Ayah,..tanaman di kebun sudah sangat rindang saat ini. Setiap aku berjalan ke kebun di samping rumah,..selalu kuingat ayah dengan sarung atau celana pendek sedang duduk sambil merawat tanaman-tanaman ayah. Setiap kulihat penjual tanaman selalu kuingat bagaimana ayah sangat suka tabulapot, tanaman buah dalam pot, dan bagaimana aku sgt ingin memberi kejutan untukmu.
Ayah,..extravaganza masih disiarkan di transTV. Aku tahu ayah tidak suka. Ayah selalu menyebutnya dagelan kentut karena hampir setiap episodenya ada adegan kentut. Heheh e Tapi aku hanya suka berebut remote dengan ayah. Ayah yang gemar menonton acara dangdut sambil tertawa bergoyang di depan TV sambil duduk. Atau bahkan mengirim sms untuk Siti KDI yg berakibat dapat byk sms iklan. Awhhh Ayah..
Ayah,..sekarang ada film drama korea Hwang Jin Yi. Film ini penuh dengan falsafah kehidupan juga dan perjuangan seperti Jewel in the Palacenya Jang Geum. Seandainya ayah ada, pasti aku sudah meletakkan kepalaku di pangkuanmu sambil menonton film ini. Aku yakin ayah akan suka film ini.
Ayah aku rindu mendengar lantunan ayat alquran yg kau senandungkan setiap selesai shalat maghrib. Dan terkadang rindu kudengar doamu atau bagaimana kau buka pintu kamar saat hendak mengambil air wudhu. Ayah aku ingin menikmati semua itu seperti engkau menikmatinya. Aku sudah jauh dari itu. Maaf. Tapi ibu sekarang sudah semakin lancar mengaji. Beliau bener2 ingin berangkat haji. Dan itu membuatku teringat padamu. Naik haji adalah satu2nya keinginanmu dan aku ikut andil dalam menggagalkannya, setidaknya menurutku meski itu untuk alasan pendidikan. Maaf ayah. Aku tidak berani sesumbar pada ibu untuk membantunya naik haji, tapi aku pastikan akan mengusahakannya demi ibu.
Ayah, sedih kulihat ibu yg kesepian. Kulihat bagaimana beliau berusaha melawan kesepian. Dan aku sungguh merasa egois meninggalkan beliau ke Swedia. Matanya masih saja berkaca-kaca sewaktu melepasku di Bandara Adisucipto kemarin. Ayah, ibu masih sll menanyakan kapan aku akan menikah? Aku hanya bisa tersenyum dan berkata, jika sudah waktunya. Sudahkah kuceritakan padamu ayah? laki-laki yang pernah kau sebut itu benar-benar bukan jodohku. Aku tahu ayah sangat ridho jika aku menikah dengannya. Aku memang pernah menunggunya tapi akhirnya aku sadar, tidak ada takdir dengannya, meski ayah selalu berusaha meyakinkanku sebaliknya. Dan ketika ayah berjuang melawan penyakit, aku memastikan hal itu. Tapi jangan kuatir ayah,.aku juga masih sempat mengucapkan selamat menempuh hidup baru untuknya sebelum aku berangkat ke Swedia.
Ayah ijinkan aku memiliki cita- cita lagi dan harapan. Agar aku bisa hidup, ayah. Agar aku bisa membuat ibu tersenyum. Aku yakin, ayah akan selalu bersamaku. Terima kasih banyak dan salam rindu selalu untukmu.

Wednesday, August 13, 2008

Komitmen menjadi Seorang Tua yang Jomblo

9 Agustus 2008, aku harus masuk ke tempat magang, Rifka Annisa. Sabtu, sepi. Tidak ada klien yang ingin berkonsultasi. Akhirnya aku baca koran dan majalah.

Aku magang untuk membuat analisis biaya kasus di Rifka Annisa. Sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang mendampingi wanita korban kekerasan domestik.

Artikel mengenai komitmen sangat menarik hingga kuputuskan untuk membuat ringkasannya.

keesokannya, aku datang lagi karena ada support group untuk kasus KTI (Kekerasan Terhadap Istri). Koran hari ini menyajikan berita dua nenek kakak beradik yang hidup melajang hingga usia lanjut. Erfienne Komala (83 tahun) ditemukan telah meninggal beberapa hari sedangkan adiknya Louisje Komala (81) berada di kamar lain dalam kondisi kelaparan dan dehidrasi. Di bagian akhir juga disebutkan seorang guru besar UI, Parsudi Suparlan bernasib sama dengan sang nenek.

Mungkin sedikit berkhayal untuk menghubungkan dua berita itu. Namun, Pasangan yang menikah sering dikatakan sebagai orang yang berani berkomitmen. Lalu apakah keputusan tidak menikah memiliki arti sebaliknya?

“Dalam komitmen, ada keterikatan secara emosional dan intelektual terhadap tindakan yang dilakukan atau kepada orang lain,” Menurut the free dictionary.

Tiga senior kita di atas bisa saja sudah berkomitmen untuk menjalani hidup sebagai lajang. Sesuatu yang dianggap aneh oleh khalayak. Namun sepertinya semakin menjadi tren di masyarakat.

“40 persen dari masyarakat usia dewasa adalah single dan sekitar 10 persennya tidak akan menikah,” US Central Bureau, 2000.

Banyak alasan orang tidak menginginkan status menikah, salah satunya supaya tidak berkontribusi terhadap statistik perceraian. Cerai mungkin sesuatu yang dianggap tabu di masyarakat kita. Namun apa boleh buat. Jumlahnya semakin meningkat.

"Setiap tahun ada 2 juta perkawinan, tetapi yang memilukan perceraian bertambah menjadi dua kali lipat, setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangannya bercerai, dan umumnya mereka yang baru berumah tangga, " Kata Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Nazaruddin Umar.

Alasan lainnya?

KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Berbasis gender. Lebih sering terjadi pada pihak wanita sehingga muncullah istilah KTI (kekerasan terhadap Istri). Secara diam- diam kasus ini ternyata cukup merugikan negara. Menurut World Bank biaya perawatan kesehatan untuk KTI di Inggris mencapai 1 billion/ tahun sekitar 17.398 trilyun (nilai tukar 1 GBP = 17.398 IDR). Di Indonesia sendiri, masih belum ada perkiraan kerugiannya.

Jadi apa salahnya memutuskan melajang seumur hidup?

Erfienne, Louisje dan Parsudi jelas berhak untuk memutuskan menjalani hidup mereka seperti itu. Yang menjadi persoalan adalah apakah komitmen itu dibuat setelah mempertimbangkan alternatif yang ada atau karena tidak ada pilihan lain, karena tuntutan masyarakat atau kesadaran sendiri? Apakah single berarti mengasingkan diri, tidak bersosialisasi?

Kubuka lagi catatan kecilku. Dalam bidang manajemen dikenal ada tiga jenis. Continuance, Normative, dan affective. Roderick D Iverson dan Donna M Buttigieg adalah peneliti dari Universitas Melbourne, Australia. Mereka membuktikan bahwa jenis komitmen dapat memprediksi kecenderungan karyawan keluar dari perusahaan, absen dan kemauan untuk melakukan perubahan.

Afective commitment, kesungguhan untuk mengompakkan diri karena kesamaan pemikiran, sasaran dan idealisme profesi. Ada keterikatan emosi karyawan, keterlibatan dan kesungguhan kepada perusahaan. Totalitas menjadi ciri utama.

Aku teringat lagi pada kisah Erfienne, Louisje dan Parsudi. Melajang bukan berarti menjadi tidak bersosialisasi. Pilihan selalu diikuti konsekuensi. Tetap ada kebutuhan berinteraksi yang harus dipenuhi. Konsekuensi melajang adalah kesendirian. Kesepian.

Aku tidak mengerti, bagaimana mungkin mereka bisa benar- benar sendiri? Tidakkah ada sahabat, kenalan, atau saudara yang membantu? Pernahkah beliau- beliau mengikuti arisan, kegiatan sosial? Mencoba menemukan komunitas yang sesuai. Atau bahkan mencoba ke panti jompo?

Tidak ada pilihan. Terutama ketika usia sudah tidak muda lagi. Waktu memang cepat berlalu. Merasa terlalu tua untuk memikirkan urusan pernikahan. Atau gebetan sudah menikah dengan yang lain. Dan menutup mata hati untuk yang lain. Seseorang dengan Continuance atau calculative commitment selalu memikirkan untung rugi sebuah keputusan. Namun tidak cukup keberanian membuat perubahan. Ada ketidakpastian dibaliknya.

Jenis komitmen terakhir adalah Normative commitment. Ia memilihlebih mempertimbangkan nilai yang berlaku di masyarakat. Sungkan. Mungkin saja Louisje sebenarnya ingin menikah. Sang kakak memutuskan sebaliknya. Tidak mungkin dia menikah. Pamali. Juga menjaga perasaan Erfienne.

Kulipat kompas hari minggu, 10 Agustus 2008. Louisje mungkin mengurungkan niatnya karena alasan normatif. Tidakkah iakemudian menyesal?

Jadi komitmen jenis apakah yang Anda pilih?

663 kata

Monday, August 11, 2008

kehamilan dan penerbangan, berbahayakah?

“Tapi saya sedang hamil, mbak”, Kata Inna.

Nama lengkapnya Arfianata Octania Arsli. 25 tahun. Konselor di salah satu lembaga pendampingan perempuan di Yogyakarta. Ragu ia menerima tawaran mengikuti workshop di Jakarta karena kehamilannya. Jogja –jakarta naik pesawat. 50 menit perjalanan.

Ia diminta mewakili lembaganya mengikuti Workshop sharing “pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan” sebagai masuk strategi pendampingan kasus kekerasan terhadap LBT (lesbian, Biseksual, transgender) perempuan. Jakarta, 16-18 Agustus 2008. Ardhanary Institute, Women LBT research, Publishes and advocacy centre, bekerja sama dengan HIVOS yang merencanakan kegiatan ini.

Tangan kanannya reflek mengusap perutnya. Primigravida, kehamilan pertama. Usia 16 minggu.

Inna memang sangat memperhatikan keselamatan janin. Keguguran dan persalinan prematur karena melakukan perjalanan udara membuatnya perpikir dua kali. Selain itu, Ia ingat larangan dokter untuk terbang ke Padang. Usia kehamilan sekitar 6-8 minggu.

Sejak tahun 1973 sampai dengan 1994, sebuah penelitian menggunakan catatan medis dan aktivitas kerja dari 1.751 staff penerbangan yang sedang hamil. Penelitian ini, dipublikasikan di The Journal of Occupational and Environmental Medicine, menemukan jumlah penyulit kehamilan dan resiko keguguran yang hampir sama pada karyawan yang memilih untuk tetap bekerja pada awal kehamilan dibandingkan rekan yang memilih untuk cuti. Faktor pencetusnya juga tidak jelas apakah karena stres atau hal lain.

Penelitian lain dilakukan terhadap 992 wanita dengan periode persalinan antara 2003 – 2004. Dibagi menjadi dua. Kelompok kontrol dan melakukan penerbangan. Dipublikasikan di Australian New Zealand Journal of Obstetry and Ginaecology. Rata – rata melakukan penerbangan di usia 11 minggu kehamilan dan delapan jam penerbangan. Kelahiran prematur, lahir dengan usia lebih dari 34 minggu namun kurang dari 37 minggu, pada wanita primigravida yang melakukan melakukan perjalanan udara sedikit meningkat.

Berbeda dari hasil penelitian di atas. Setelah melakukan pengkajian ulang, the American College of Obstetricians and Gynaecologists merekomendasikan bahwa ibu hamil dapat melakukan penerbangan dengan aman sampai usia kehamilan 36 minggu.

Ia lalu berpikir untuk memeriksakan kehamilannya sebelum penerbangan. Khawatir terjadi sesuatu.

“Wanita hamil harus mendapatkan surat keterangan dari dokter ya?”

“Ah untuk usia kehamilanmu belum perlu sepertinya. Kelihatan juga belum,” Jawab Rofiqoh Widiastuti, rekan kerjanya.

Rofi saat ini juga sedang hamil anak kedua. 30 minggu. Ia mengaku pada kehamilan pertama dan keduanya sering melakukan penerbangan Jogja- Jakarta. Tidak ada masalah. Hasil konsultasi dengan dokter juga mendukungnya. Tapi ia mengaku bahwa setiap maskapai penerbangan mempunyai peraturan terkait dengan kondisi kehamilan.

Seperti Surat keterangan dokter. Usia kehamilan lebih dari 28 minggu mungkin diperlukan. Selain itu, maskapai penerbangan baru akan melarang jika lebih dari 36 minggu. Tapi kondisi ini bukannya tidak bisa ditawar.

“Teman saya melakukan penerbangan Kupang – Jogja saat usia kehamilan lebih dari 36 minggu,” Kata Rofi.

Jadi ada masalah lain selain keselamatan janin. Beberapa hal terkait dengan kesehatan dan kenyamanan ibu hamil selama penerbangan.

Tekanan udara dalam pesawat dipertahankan sama dengan tekanan pada ketinggian 6000 atau 8000 kaki. Bersamaan dengan itu Tekanan oksigen menjadi lebih rendah. Oksigen dalam darah kurang. Denyut jantung dan tekanan darah akhirnya meningkat. Secara teori, keadaan ini mengakibatkan aliran oksigen kepada janin berkurang, uteroplancental insufficiency. Tapi secara umum menjadikan ibu hamil merasa kurang nyaman namun tidak membahayakan.

Kabin pesawat juga memiliki kelembaban yang rendah, sekitar 25%. Ditambah dengan hidrasi yang kurang akan menimbulkan hemoconcentration, pengentalan darah. Kondisi ini akan memicu terjadinya emboli dalam vena, venous thromboembolism. Utamanya pada kehamilan yang mempunyai kecenderungan trombotik. Antikoagulan, anti penggumpalan darah, mungkin diperlukan. Karena itu, meninggikan kaki sebisa mungkin, menggerakkan pergelangan kaki dan berjalan selama penerbangan sangat dianjurkan. Setiap satu atau dua jam sekali.

Inna ingin berkonsultasi dengan dokter kandungannya. Wajar karena ia sempat dirawat di rumah sakit. dua kali. Hiperemesis, muntah berlebihan. Adanya riwayat keguguran, persalinan prematur, perokok aktif, anemia berat, penyakit jantung paru juga perlu diperhatikan. Beberapa penyulit lain juga perlu diperhatikan seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kehamilan kembar, preeklamsia dan sangat takut untuk melakukan penerbangan.

Inna memainkan jari-jari tangannya. Kepalanya tertunduk. Ia masih mengkhawatirkan hal lain. Tiba- tiba ia mendongak.

“Aku kadang mual kalau ada bau bawang dan bakso. Gimana ya?”

Berbeda dengan Morning sickness yang biasanya hanya terjadi pada trimester pertama.Semenjak hamil, Inna sering menjadi sensitif pada bau- bau tertentu. Lalu bagaimana cara menguranginya? Jauhkan aroma yang dapat merangsang rasa mual. Katakan terus terang pada pramugari atau penumpang di sebelah jika bau sudah mulai mengganggu.

Mabuk perjalanan dapat memperparah keadaan. frekuensi mual dan muntah meningkat. Tidak nyaman. Menu vegetarian dapat dijadikan pilihan karena lebih ramah lambung. Hindari makanan yang menghasilkan gas sehari sebelumnya. Obat anti muntah, antiemetik, mungkin diperlukan. Membawa makanan ringan sendiri juga akan membantu Anda menjadi lebih nyaman.

Masih adakah hal lain yang luput dari perhatian?

Radiasi.

Beberapa sumbernya dapat dijumpai sebelum dan selama penerbangan. Salah satunya, alat keamanan sinar x bandara. Jangan khawatir! Alat ini hanya memancarkan sedikit radiasi. Tidak berbahaya.

Sumber paparan lainnya berasal dari radiasi kosmik. Radiasi ini merupakan bagian dari lingkungan alam kita. Berasal dari luar angkasa dan matahari. Semakin tinggi penerbangan semakin berbahaya. Atmosfer bumi menyerap radiasi sebelum sampai ke bumi.

Para ahli menyatakan bahwa paparan selama penerbangan dapat mengakibatkan kelainan persalinan dan kanker di masa anak-anak. Tingkat paparan, lama dan rute penerbangan merupakan faktor penentu. Staff penerbangan yang melakukan 1000 jam perjalanan udara pertahun akan mempunyai dosis radiasi efektif sekitar dua sampai lima miliSievert (mSv). Ambang batas paparan adalah 1mSv. Karena itu The US Federal Aviation Administration (FAA) menyarankan staf penerbangan yang hamil untuk mengurangi jam terbangnya.

Dapat dikatakan, resiko radiasi terhadap kehamilan dapat diabaikan kecuali jika ada fenomena solar particle. Sangat jarang terjadi dan hanya dalam waktu singkat. Namun dapat melampaui batas paparan meski hanya dalam satu kali penerbangan. Hal ini membuat FAA memberikan alarm peringatan. Tujuannya agar pesawat dapat merubah lintasan penerbangan untuk menghindari efek terhadap ibu hamil yang berada dalam pesawat.

“Gimana? Jadi pergi ke pelatihan di Jakarta,kan?” Tanya Rofi.

Inna hanya tersenyum tipis. Ia masih berpikir.

Sedikit perjalanan udara pada ibu hamil tanpa faktor penyulit dan dengan resiko rendah tidak akan membahayakan ibu maupun janin. Namun staf penerbangan yang hampir setiap hari harus melakukan penerbangan perlu lebih berhati- hati. Perjalanan udara tetap merupakan alternatif yang lebih aman dan nyaman dibandingkan transportasi lainnya.

TIPS SEBELUM PENERBANGAN:

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan adalah:

1. Travel bag, menggunakan roda, memudahkan Anda melakukan perjalanan

2. Jangan lupa membawa obat-obatan yang Anda perlukan. Catatan bahwa Anda hamil dan informasi lain yang dapat membantu Anda jika Anda tiba-tiba sakit

3. Hubungi dokter kandungan Anda sebelum melakukan penerbangan.

4. Usahakan melakukan penerbangan di trimester kedua kehamilan Anda.

5. Hindari penerbangan yang berlebihan.Rata-rata keguguran yang tinggi terjadi pada mereka yang melakukan penerbangan lebih dari 74 jam perbulan.

6. Gunakan baju yang longgar, sendal lebih dianjurkan daripada sepatu tertutup.

7. Minum sebelum dan selama penerbangan. Hindari kopi, teh, alkohol, soft drink karena bisa menyebabkan dehidrasi

TIPS SELAMA PENERBANGAN

1. Buat posisi Anda senyaman mungkin. Tempat duduk di depan mempunyai sirkulasi udara yang lebih baik dan mempermudah untuk keluar masuk pesawat.Tempat duduk di tengah (aisle seat) akan membantu pergerakan dan merenggangkan kaki. Ibu hamil pada trimester ketiga sebaiknya tidak duduk di dekat pintu darurat.

2. Olah raga ringan. Usahakan untuk sebisa mungkin meninggikan kaki dan berjalan selama perjalanan untuk mengurangi bengkak di kaki.

REFERENSI

Huch R. Air Travel in Pregnancy. Z Arztl Fortbild Qualitatssich. 1999 Oct;93(7):495-501

Pregnancy and Air Travel. Available from http://www.londonrdpractice.co.uk/Pregnancy-and-Air-Travel.html

Davies R. True or false: Flying during Pregnancy is Unsafe for the Fetus.available from http://healthlibrary.epnet.com/GetContent.aspx?token=0d429707-b7e1-4147-9947-abca6797a602&chunkiid=156983

WHO. Cosmic Radiation. Available from: http://www.who.int/ionizing_radiation/env/cosmic/en/

Chibber R, Al-Sibai MH& Qahtani N. Adverse Outcome of Pregnancy Following Air Travel: A Myth or a Concern? Aust N Z J Obstet Gynaecol 2006;46:24–28

Pregnancy and Airline Travel. available from http://www.ivf1.com/pregnancy-travel/

Gambar diambil oleh Leif Parsons [the New York Times]. http://www.nytimes.com/2006/05/16/health/16real.html?_r=1&scp=2&sq=pregnant%20flight&st=cse&oref=स्लोगिन

1246 kata


Thursday, July 24, 2008

Dapurku Sayang Dapurku Malang


Gedung Pedagoggrand 5A 90730 Umea, Swedia. Lantai empat di lorong (koridor) sebelah kiri. Sore hari. Perutku keroncongan. Aku melangkah ke arah pintu kamar menuju dapur, keluar dari kamar berukuran 19 meter persegi.

Sesaat aku merasakan kegelapan. Bbrp detik kemudian lampu otomatis menyala setelah sensor mendeteksi gerakanku. koridor ini sepi seperti hari- hari kerja biasanya. Ada sembilan kamar, empat di kanan dan lima di kiri. Aku menoleh ke kiri, ada pintu masuk yang tertutup dengan lampu hias berkelap- kelip mengitarinya. Kemudian aku melangkah ke arah sebaliknya. Kulihat mesin penghisap debu berwarna abu- abu, sapu dan ember merah dan alat pel tertata rapi seperti biasa.

Selang satu kamar di sebelah kanan kulihat tiga buah lemari es ukuran dua meter berjajar. Di depannya dua buah rak tempat mengeringkan alat- alat yg baru saja dicuci penuh tak beraturan. 4 buah panci dan 3 buah penggorengan, termos dan tempat untuk membuat kopi. Di antaranya, ada dua buah bak cuci ukuran 30 cm penuh berisi tumpukan piring, gelas, sendok, garpu, kotak makan siang, pisau, papan pemotong. Dasarnya tersumbat spagetti sisa.

“Terserah deh mau sekotor apa dapur ini yang penting aku masih bisa makan.”

Kubuka lemari tempel di atas bak mesin cuci mencari piring. Kosong. Padahal dapur ini memiliki selusin piring ukuran besar dan ukuran kecil. Bingung, kubuka lemari es bagian ketiga dari kiri, rak teratas. Ada kertas kuning kecil bertuliskan nurul di sana. Kuambil kotak makan siang ukuran 15x10 cm.

“Untung masih ada nasi goreng kemarin”

Microwave ada di samping kanan lemari esku. Kumasukkan kotak makan siangku. Kutekan tombol start. Sambil menunggu microwave bekerja selama 4 menit, aku membuka lemari tempel tempat meletakkan gelas- gelas dan mug. Dan sekali lagi, tak ada satupun yg bersih.

“Sialan! Siapa sih yang piket minggu ini?”

Kulihat kertas putih tertempel di rak dengan nomer 408 berlabel Stefan. Daftar tugas tertulis dengan menggunakan tinta berwarna merah dan biru. Ada tugas harian dan mingguan. Setiap hari petugas piket harus memindahkan alat- alat yg sudah bersih dan kering ke raknya masing- masing. Tempat sampah setinggi setengah meter juga harus dikosongkan. Membersihkan kompor listrik sebanyak 8 buah dan area dapur. Akhir minggu adalah waktu untuk mengepel koridor, membersihkan microwave, menyiram dua buah pot tanaman dan mendaur ulang kaleng- kaleng bir, botol- botol plastik soft drink, karton, dan kertas.

Kubawa nasi gorengku ke kamar. Uap panas mengepul di atasnya. Lampu koridor menyala. Pintu di samping kamarku terbuka. Pria setinggi 180cm keluar dari kamar. Rambut pirangnya dibiarkan tak tersisir. kaos putihnya longgar dan celana olahraga abu- abu melorot sehingga memperlihatkan sedikit celana dalamnya.

“Hai!” tangannya melambai menyapaku saat kami berpapasan. Malas kubalas dengan senyuman tipis. Dia terus berjalan ke dapur dan sebelum aku masuk kamarku kuputuskan untuk menoleh ke arahnya.

“Stefan! Maukah kamu membersihkan dapur?”

“Ya, aku akan membersihkannya” jawabnya sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.

“bagus!” kuarahkan badanku penuh padanya,”nggak lucu tahu! Bahkan untuk menemukan piring dan gelas bersihpun sulit.”

Kulihat dia mengarahkan tubuhnya penuh ke arahku juga di depan pintu dapur, alis matanya terangkat, mulutnya sedikit terbuka. Dialah Stefan Ulander, orang swedia asli, 22 tahun. Mahasiswa teknik sipil.

“Jadi kumohon, keluarkan semua peralatan makan yang kotor di kamarmu kemudian cucilah. Bersih!”

Aku terlalu marah untuk meneruskan pembicaraan dan tepat ketika kubuka pintu kamarku, Rouzbeh Valizadeh keluar dari kamarnya. Letaknya ada di sisi lain koridor sebelah kanan.

“Nurul, ke sini sebentar,” pintanya.

nej! Inte pratar nu (nggak, aku tidak mau ngomong sekarang),” kuarahkan pandanganku sekilas ke arah pria Iran berumur 25 tahun dan berambut hitam itu, ”tidak sampai temanmu itu membersihkan dapur, semua gelas, piring dan jangan lupa kompor “.

“Nurul.....Nurul!” panggilnya mengiba.

Aku tersenyum sekilas sebelum akhirnya masuk kamar.

598 kata