Sunday, June 23, 2013

Jodoh itu..

Perjalanan terakhir saya ke Jayapura menyimpan banyak kisah keberuntungan. It happens sometimes and in my case often during my travel. Satu hal yang sangat saya sukai dari melakukan perjalanan (apalagi sendiri) adalah kita dituntut untuk percaya pada orang-orang asing yang ada di sekitar kita dan mengikuti aturan-aturan baru yang ada di tempat tersebut karena kitalah orang asing itu (bagi penduduk setempat). Kali ini saya harus tunduk dengan aturan-aturan yang ada di Jayapura. berpikir positif, komunikasi yang baik, dan menghormati aturan setempat yang berlaku membawa saya ke beberapa keberuntungan yang akans aya ceritakan.

Cerita pertama
Keberuntungan yang pertama terkait dengan dompet saya. Dompet saya ini dompet lama yang saya dapatkan lebih dari lima tahun yang lalu di Aceh. Tempat itu sangat berkesan bagi saya hingga saya selalu berusaha untuk menyimpan benda-benda terkait. Ok, kembali ke kisah keberuntungan. Waktu itu saya masuk ke sebuah supermarket dengan mengambil salah satu keranjang belanja dan meletakkan dompet tersebut ke dalamnya. Lalu saya mencari bagian kopi karena beberapa teman minta untuk dibelikan kopi Papua. Merasa tidak ada kopi yang saya cari, dengan semena-mena saya meletakkan keranjang belanja itu begitu saja.

Saya kemudian berkeliling dengan teman saya. Sekedar melihat-lihat. Setelah lebih dari sepuluh menit dan sambil menunggu teman mengantri di kasir, baru saya sadar bahwa tangan saya kosong.

“Seharusnya saya membawa sesuatu”, Kata saya dalam hati,”DOMPETT!”


Segera saya berlari ke arah saya meletakkan keranjang. Dan keranjang belanja itu masih di tempatnya, tapi tidak dengan dompet saya. Saya memastikan selama beberapa saat.

“Yah, dompet itu raib. Gawat ini..bagaimana saya pulang, kartu identitas saya di sana semua”.

Saya berjalan mencari petugas. Di satu tempat berkumpul beberapa petugas. Saya mencoba bertanya apakah ada yang melaporkan menemukan dompet yang hilang atau tidak. Dua petugas berinisiatif untuk meminta info dimana dompet saya hilang dan mengantarkan saya untuk mencari tahu lewat petugas pengawas CCTV. Kebetulan sekali, keranjang belanja itu saya letakkan persis di depan CCTV.

Petugas yang saya laporkan, mengajak saya kembali ke tempat dimana saya meletakkan dompet. Sebelum sampai, seorang petugas menyerahkan dompet saya kembali.

“Ini ada di dalam keranjang, kakak. Benar ini punya kakak?”

“Yeah.. itu dompet saya. Padahal saya sudah tengok di keranjang sbelumnya tidak ada”.

Begitulah. Saya masih berjodoh dengan dompet itu. Ia kembali meski kita telah dengan sangat ceroboh melupakannya :d

Cerita kedua
Selain kopi, saya mendapat banyak pesanan batik Papua. cukup bisa dipahami, untuk bisa mendapatkan batik ini harus datang ke tanah papua secara langsung dan itu cukup lama, melelahkan, dan mahal kalau boleh saya berterus terang.

Saya membeli lebih dari 20 m kain batik dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Keluar dari toko saya tidak mengecek lagi apakah kain yang saya beli sudah lengkap atau belum. Petugas kasir menggabungkan kain dengan harga yang sama ke dalam satu item sehingga saya tidak yakin bagaimana harus mengecek. Selain itu, saya sudah terlalu pusing berada dalam toko itu dengan berbagai macam permintaan.
Kami langsung makan malam bersama. Selesai makan malam, teman saya ingin mengambil kain yang ia beli.

“Kok kainku ngga ada, Rul?”

“He, masa?”, Kami mengecek bersama.

Saya baru tersadar bahwa kain yang saya bawa pulang lebih sedikit dibanding dengan kehebohan ketika saya membeli. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIT. Toko pasti sudah tutup apalagi ketika saya telpon tidak ada yang mengangkat.

“Mungkin tertinggal di mobil?” Ternyata tidak juga.

Akhirnya, teman saya mencoba menelpon lagi. Kali ini ada yang mengangkat tapi ketika kami menanyakan barang kami, petugas tersebut tidak tahu harus menjawab bagaimana karena ia hanya penjaga. Tiba-tiba datanglah seseorang yang lebih memiliki wewenang dan menjawab telpon. Ia menyarankan untuk segera datang ke sana dan mengambil karena kami akan pulang pukul 7 besok pagi.

Begitu tiba di sana kami baru mengetahui bahwa orang kedua yang menjawab telepon adalah pemilik toko. Ia tiba-tiba merasa harus kembali lagi ke toko dan “Woyla!” menjadi dewa penyelamat kami. Salah satu kebodohan kami adalah kami tidak benar-benar tahu berapa meter kain yang tertinggal. Kami hanya ingat ada empat bungkus kain yang raib. Ternyata ada lima bungkus kain yang tertinggal, dengan total lebih dari 10m.
Begitulah. Meskipun sulit, asalkan berusaha, akan ada orang lain mungkin akan membantu kita untuk mendekatkan dengan jodoh kita. Kain itu masih berjodoh dengan saya dan teman-teman saya J

Cerita ketiga
Masih ingat cerita tentang kopi di cerita pertama? Kisah ini masih seputar kopi papua. Saya sangat penasaran karena seorang teman mengatakan mendapatkan kopi itu di supermarket. Sepanjang perjalanan ke bandara, kami mencoba berhenti di beberapa supermarket. Kami tidak dapat menemukan kopi di supermarket yang kami datangi. Kadang, supermarket itu terlewat atau masih tutup.

Sesampainya di bandara, masih saya menyambangi beberapa toko yang ada di sana. Dan kopi yang saya inginkan tidak terlihat dimanapun. Akhirnya setelah check in dan dalam perjalanan menuju ruang tunggu, kami menjumpai sebuah toko yang menjual kopi. Saya membutuhkan empat bungkus kopi namun hanya tersedia tiga bungkus. Petugas mengatakan untuk menunggu sebentar agar dia bisa mengambilkan stock kopi yang ada.

Yess! Saya masih berjodoh dengan kopi. Sering kali ketika kita merasa sudah tidak memiliki harapan lagi, justru itulah saat bagi ‘jodoh’ untuk muncul kembali. Hahaha saya meninggalkan bumi Papua dengan senyum keberuntungan.

Cerita keempat
Di Bandara Soetta, saya melihat dua orang bule. Entah kenapa kehadiran mereka begitu menarik perhatian saya. Memang mereka terlihat berbeda secara fisik tapi bukan itu yang membuat saya tertarik. Ada sesuatu yang lain yang jelas ketertarikan itu bukan karena salah satu dari mereka memeluk bantal selama perjalanan.

Di dalam bus yang mengantarkan kami ke pesawat, mereka berdua sangat berada tepat di depan saya. Saya masih sibuk mengira-ira ada apa ya? Dan kebetulan itu masih belum selesai. Salah satu dari mereka duduk tepat di samping saya di dalam pesawat.

Damn! I hate this feeling. Feeling that it must be something”.

Saya tidak terlalu percaya dengan kebetulan. Semua terjadi karena satu alasan. Akhirnya kami berbasa basi. Ia berasal dari US dan merasa sangat kelelahan karena sudah tiga hari perjalanan menuju jogja. Untuk magang selama enam minggu.

Selama beberapa menit pikiran saya terpusat pada kemungkinan bahwa orang di samping saya adalah orang yang akan magang di kantor saya dan di divisi saya. Dari pada penasaran saya bertanya padanya,

“Are you coming as part of ***?”

“Yes..”, ragu ia menjawab.

“And you will do your internship in R**** A*****?

“Yes, how did you know that? By any chance are you from that office?”

“Yes,..what a small world y”, kami tertawa bersama.

Begitulah, jodoh itu bisa menjadi sesuatu yang sangat sederhana. Ia bisa kita jumpai dimana saja tanpa rencana. Mengemukakan prasangka kita jauh lebih baik dari pada hanya menduga-duga. Ini adalah penutup keberuntungan perjalanan saya ke Papua. Ternyata jodoh itu...

1 comment:

Unknown said...

Top 10 best slots casinos for 2021 - SOL.EU
Best Slots 토토 사이트 추천 Casino: septcasino Best Real Money Slots Sites 2021 · Red Dog Casino: Best Overall Slots Casino For https://septcasino.com/review/merit-casino/ USA Players · Ignition 토토 사이트 Casino: Best Casino For Roulette https://sol.edu.kg/