Thursday, December 31, 2009

I Got U Under My Skin

(Another 'rush' to end this year successfully. :) I'll come back with full letters after few minutes. just let me publish it before the day changes and so the year be different. The words below are the real thing i wanna write)

January 3rd 2010

Years go by
There's still something left and felt
Simply something i couldn't resist
Not even be understood, no matter how hard i try
But you should know that it keeps growing deeper

Even they told me to wake up..step up to reality
But dream is my only reality
Please, don't shake me
coz this is my only way to be next to you

I don't have to make special effort to remember
I can always find you here and there
now and then
coz you've been part of me

I don't really care how you keep ignoring me
But i do care for you to be yourself
And find your happiness
If that way leads to me
you know that i always be there
waiting for the right time to welcome you
That is how i love you

Kaidah 10.000 jam

Well, tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi target menulis saya di tahun 2009. benar-benar sebagai penutup tahun ini. Sekaligus untuk memperkenalkan diri kepada khalayak umum bahwa saya, Nurul Kodriati, adalah the very last minute person.

Terinspirasi oleh karya Malcolm Gladwell 'Outliers', saya berusaha menulis tentang hal ini beberapa waktu yang lalu. Akhirnya, tahun baru 2010 merupakan momentum yang baik untuk menuliskan hal ini.

"Apa resolusimu untuk tahun 2010?"

Adalah pertanyaan wajar yang kita dapatkan di seputar pergantian tahun. Mungkin akan lebih bijaksana jika saya mereview lebih dahulu blog saya ini. Saya membuat Blog ini pada Bulan Juli 2008. Persis setelah saya mengikuti kursus narasi. Tahun 2008 saya hanya membuat 8 entry. Ini berarti saya mempublish sekitar 1,3 entry perbulan. Masih dengan catatan bahwa ada dua bulan (Oktober dan November) kosong. Waktu dimana saya tidak memproduksi tulisan sama sekali.

Selanjutnya saya bersyukur, selama tahun 2009 saya membuat beberapa peningkatan baik kuantitas maupun kualitas. Secara jumlah terjadi peningkatan yang cukup signifikan, meski saya tidak melakukan uji statistik. Tahun 2009, saya menerbitkan 36 entry. Hal ini berarti rata-rata perbulan tiga tulisan terbit. Hal penting lainnya adalah saya bisa memproduksi tulisan secara konsisten setiap bulan. Jumlahnya mungkin belum stabil, tapi saya optimis di tahun 2010 saya akan memproduksi lebih banyak tulisan dengan isi yang lebih bervariatif.

Lalu apa hubungannya dengan Kaidah 10.000 jam? Merujuk pada buku yang saya sebut di awal, kaidah ini berarti usaha yang tanpa mengenal lelah yang selalu dilakoni oleh para ahli dan pakar. Sesuatu yang kadang luput dari perhatian hanya semata-mata karena kita berfokus pada hasil akhir.

Orang sukses melewati jauh lebih banyak usaha dan bahkan kegagalan dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mereka tidak pernah menyerah untuk mewujudkan mimpi mereka. mereka bekerja jauh lebih keras dibanding orang kebanyakan. Bukan..bukan karena mereka mengharapkan popularitas dan kekayaan. Karena dua hal tersebut pasti akan didapatkan oleh mereka yang bersungguh-sungguh memperjuangkan mimpi. Orang-orang besar selalu memburu hal-hal yang jauh lebih besar dibanding dua hal tersebut.

Jujur, itulah motivasi yang saya miliki ketika saya mendekati orang-orang besar. Saya ingin belajar bagaimana beliau memiliki 'endurance' yang luar biasa dan proses apa yang telah dilalui. Saya tidak ingin meniru cara beliau-beliau meraih kesuksesan karena dengan meniru berarti saya hanya berada di belakangnya. Saya tidak akan menemukan kesuksesan menurut definisi saya. Yang ingin saya duplikasi adalah proses peningkatan kualitas tanpa henti.

"Apa hubungannya dengan resolusi 2010?"

Endurance selalu menjadi masalah klasik selama 27 tahun kehidupan saya yang terlewat. Sejauh ini saya adalah seorang sprinter, pelari jarak pendek. Saya bekerja sesuai deadline. Saya.. akan memperhitungkan kemampuan saya dan waktu minimal untuk memenuhi deadline tersebut. Tapi setelah itu saya mudah kelelahan dan membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat.

Kagum dengan para pelari marathon yang selalu mengeluarkan energi dengan penuh perencanaan demi mempertahankan kualitas kerja dalam rentang waktu yang lama. Tidak mudah teralihkan konsentrasi dari tujuan hidup. Dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang fokus bagi pewujudan mimpi.

Analisis saya mengenai jumlah entry saya di blog ini adalah satu cara untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan produktivitas menulis saya. Saya akan menulis karena saya ingin menulis. Bukan untuk mendapatkan pengakuan dan bukan untuk ketenaran. Saya melakukannya karena itulah panggilan hidup saya. Saya akan pastikan bahwa menulis akan semakin mendarah daging dalam diri saya sebelum meninggalkan dunia fana ini.

Apa yang saya tulis sejauh ini, semata-mata hanyalah eksplorasi terhadap berbagai gaya tulis. Saya ingin menemukan gaya tulisan yang sesuai dan khas dari seorang Nurul Kodriati. Kehidupan saya pribadi adalah salah satu sumber inspirasi. Dan saya sudah tidak sabar untuk menulis di luar itu. Banyak hal di luar itu yang dapat 'menggugah' kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak hal yang tidak perlu kita alami sendiri untuk mendapatkan hikmah kehidupan. Itu adalah salah satu tema yang ingin saya eksplore pada tulisan saya di tahun 2010.

Dengan ijin-Mu ya Allah
Biarkanlah kami berproses
Menjadi pribadi yang lebih baik

The noble pursue the path
The average pursue their duties
The loser pursue fame and wealth

Saturday, December 05, 2009

Pecinta Wanita ala Swedia: A Milkman Story

Hari ini, 5 Desember 2009, masih bagian dari peringatan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan. Kegiatan ini akan berakhir hari kamis, 10 Desember 2009. Tujuan dari peringatan ini adalah untuk memerangi kekerasan yang jamak terjadi di masyarakat namun kurang diperhatikan seperti diskriminasi dan perbedaan gaji antara pria dan wanita.

Rifka Annisa, salah satu pelopor organisasi pembela hak-hak wanita di Indonesia, mengadakan aksi damai. (Sori, daku absen untuk aksi kali ini nggih. Mohon kelapangan hatidari para pinisepuh  ). Kegiatan ini diikuti sekitar 100-an kaum adam membawa kereta dorong dan selendang gendong bayi. Atribut itu dimaksudkan sebagai simbol pelibatan laki-laki dalam upaya penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

Arak-arakan akan dimulai dari lapangan parkir Abu Bakar Ali sampai alun-alun utara.
Well, dunia memang telah berubah, teramat berganti. Jadi wahai kaum adam, bukalah mata Anda lebar-lebar! Istri Anda bukanlah ‘konco wingking’ (pendamping hidup yang mengurusi t.u masalah dapur saja). Tapi paradigma istri yang dianut saat ini adalah ia sebagai teman hidup. Ia berhak mengaktualisasikan dirinya di luar rumah dan suami berhak untuk menunjukkan kehebatannya di dapur. Hehehehe

Para pejuang hak-hak wanita ini kebanyakan berasal dari kaum itu sendiri. Padahal tanpa adanya dukungan dari kaum lelaki, dapat menihilkan arti penting perjuangan ini. Terkait dengan hak melahirkan, cuti melahirkan selama tiga bulan itu sudah lumayan di negeri kita. Padahal ada ketimpangan gender di sana. Jika cuti tersebut hanya diberlakukan kepada wanita saja, seharusnya pria berhak protes karena mereka tidak mempunyai hak setara dengan wanita dalam hal proses pengasuhan anak. Sebagian dari kita akan berdalih, pria punya ‘peran’nya sendiri dalam pengasuhan anak. Tapi bukan itu yang akan kita bahas di sini.

Swedia, adalah surganya kesetaraan gender. Disana, pria tidak mendapat kehormatan lebih untuk mendapat perlakuan istimewa dari wanita. Kalaupun dia mendapatkannya itu adalah murni keinginan tulus dari kedua belah pihak bukan ‘paksaan’ aturan yang ada di masyarakat. Melihat pria menggendong anak di perbelanjaan atau memasakkan makan malam untuk keluarga bukan hal yang aneh lagi. Cuti terkait dengan kelahiran anak bukan hanya berupa maternal leave tapi parental leave selama satu tahun.

Begitu suksesnya propaganda kesetaraan gender ini sehingga kaum prianya memiliki empati berlebihan terhadap wanita. Berita mengenai pria ‘hamil’ mungkin sudah beberapa kali kita dengar. Tapi usaha seorang pria untuk memompa payudaranya demi setetes susu. Saya sungguh takjub dan geli membaca berita ini di www.thelocal.se.

Seorang Ragnar Bengtsson, 26, memulai perjuangannya menghasilkan susu pada 1 September lalu s.d 1 Desember 2009. Dia memasang mesin pemompa di payudaranya setiap tiga jam sekali. Sebagai mahasiswa ilmu ekonomi di Stockholm University dia bahkan nekat melakukannya di dalam kelas, ketika kuliah berlangsung.

"I'm going to have to pull out the pump during lectures. But really it doesn't bother me if it makes people uncomfortable. If they have issues with it that's their problem," Kata Bengtsson.

Idenya sungguh unik kalau tidak bisa dibilang gila. Tapi ayah dari seorang anak laki-laki berusia dua tahun ini mempunyai tujuan yang mulia.

“If men could breastfeed their babies, the argument went, then women could rejoin the workplace more quickly, safe in the knowledge that their newborns were receiving the proper nourishment from their proud dads.”

Mungkin propaganda kaum feminis terlalu berhasil di Swedia. Kalau usaha pengentasan kekerasan terhadap wanita diibaratkan sebagai obat. Maka kejadian ini menyiratkan adanya kondisi ‘over-dose’. Sedangkan di belahan dunia yang lain masih ‘under-dose’.

Usahanya mungkin gagal memenuhi niat mulianya. Tapi berkat ide gilanya dia akan diterbangkan ke US untuk memenuhi undangan The Tyra Banks Show. Dan dongeng mengenai ‘Air Susu Ayah’ ini pun cepat menyebar menimbulkan pro dan kontra. Ada yang memuji usaha ‘terobosan’ baru yang dirintis tapi tak sedikit yang mencemooh.

Seandainya, hanya berandai-andai, jika benar Air Susu Ayah ini bisa diproduksi. Maka WHO, badan kesehatan dunia, harus membuat definisi ulang mengenai ASI Eksklusif. Penelitian-penelitan mengenai kandungan nutrisi pada air susu ini juga harus diinisiasi. Lalu apakah peran wanita dalam pengasuhan anak akan terminimalisasi? Peran ayah menjadi semakin besar dalam urusan domestik? Apakah dengan begitu kesetaraan gender bener-benar bisa dicapai? Sebenarnya istilah apa yang kita bahas saat ini? Gender equality atau gender equity? Dua hal yang berbeda namun sering dianggap sama.