Wednesday, December 03, 2008

CUKUPKAH ACTN3 SAJA?

Bukannya mempersiapkan diri kursus bahasa Swedianya, cewek berkerudung hitam itu justru sibuk membaca International Herald Tribune, IHT. Duduk nyaman di sofa dengan kaki terjulur beralaskan kursi merah. Tas punggung hitamnya terkulai di dekat kursinya. Sesekali saja perhatiannya teralihkan. Pertama untuk melirik ke arah jam tangan Regal merah jambunya. Dan ketika sepasang muda mudi memilih untuk berciuman di depannya. Mungkin tidak mau tahu urusan orang lain dan tak nyaman melihatnya di tempat terhormat ini.Yang jelas koran di tangannya terangkat beberapa sentimeter.

Sebuah artikel karya Juliet Macur menuntut perhatiannya penuh. ‘Born To Sprint? DNA tests could hold the answer’. Sejauh ini ia lebih banyak mendengar penggunaan ilmu tentang genetik dan molecular dalam konteks penyembuhan terhadap penyakit. Mencari terapi yg efektif untuk penanganan diabetes dan alzheimer misalnya. Tapi tes DNA untuk mencari tahu bakat anak? Terlalu mutakhir sepertinya.

Salah satu referensi dari artikel ini adalah penelitian pada tahun 2003 tentang hubungan ACTN3 dan kemampuan atletik. Dua tipe yang mempengaruhi adalah tipe R dan X yang bisa diturunkan dari orang tua kita. Tipe R membuat tubuh memproduksi α-actinin-3, biasa terdapat di otot sendi. Keberadaan protein jenis ini membantu tubuh untuk berkontraksi secara kuat dan cepat. Sangat berguna di olah raga yang memerlukan kecepatan dan kekuatan seperti sepak bola dan lari jarak pendek.

Tipe lainnya adalah X. Keberadaan sepasang X diartikan bahwa individu tersebut lebih cocok untuk olah raga yang melibatkan daya tahan, seperti maraton. Cara kerja tipe X adalah kebalikan Tipe R. Tipe X mencegah tubuh untuk memproduksi α-actinin-3.

Penelitian pada manusia ini didukung oleh penelitian percobaan pada tikus. MacArthurDG, Seto JT, Chan S, et.all dalam jurnal Human Molecular Genetics 2008 17(8):1076-1086. Tipe XX juga dihubungkan dengan berkurangnya diameter fast fiber dan meningkatnya aktivitas beberapa enzim dalam jalur metabolik aerobik. Selain itu, kemampuan kontraksi otot berubah dan penyembuhan akibat kelelahan juga lebih cepat.

Tapi apa benar sebegitu mudahnya menemukan bakat anak?

Gadis berkacamata itu sepertinya tidak setuju. Kenyataan terlalu kompleks untuk dibuat sesederhana itu. Anggap saja ACTN3 memang berpengaruh terhadap kemampuan olah raga seseorang, ada banyak gen lain yang berpengaruh. Kadang efeknya sinergis kadang kontradiksi.

Ia sepakat terhadap pendapat pakar bernama Stephen Roth. Bukan hanya karena dia berasal dari departemen kesehatan masyarakat juga. Tapi lebih karena beliau pernah melakukan penelitian dalam bidang ini.

"The idea that it will be one or two genes that are contributing to the Michael Phelpses or the Usain Bolts of the world I think is shortsighted because it's much more complex than that," Katanya.

Lebih lanjut, beliau mengatakan ada sekitar 200 gen yang berpengaruh terhadap kemampuan olah raga seseorang. Tapi bukan hanya alasan itu yang meresahkannya. Bagaimana mungkin satu faktor cukup untuk terjadinya sesuatu hal?

Multiple causation theory sangat bisa digunakan dalam hal ini,”Pikirnya. Kemampuan atletik seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh faktor gen apalagi dengan hanya melihat satu gen saja. Faktor lain seperti nutrisi, lingkungan, kematangan emosional dan jangan lupa keberuntungan. Kelebihan apapun yang Anda miliki tanpa keberuntungan tidak akan terjadi.

Tapi benarkah ada keberuntungan dalam hidup ini. Maktub. Kata ini merujuk dari novel Paulo Coelho, The Alchemist. Sesuatu yang sudah tertulis atau sepadan dengan takdir. Sekeras apapun usaha kita kalau Allah menghendaki untuk tidak terjadi, tidak akan mungkin terjadi.

Kembali ke masalah gen. Ia teringat sebuah film, film yang sangat menginspirasi mengenai gen dan masalah molekular. Setelah berusaha mengingat judul film itu, akhirnya ia menyerah. Tapi ia ingat bahwa gen disimbolkan sebagai biji dan faktor lain terutama lingkungan disimbolkan sebagai tanah. Kualitas biji memang sangat penting untuk menghasilkan buah, sayuran apapun itu. Tapi harap dicatat dengan tinta tebal. Tanpa tanah dan lingkungan yang baik ia tidak akan tumbuh optimal. Kesuburan tanah, iklim, cara perawatannya dan banyak hal lain ikut berpengaruh.

REFERENSI

Macur J. Born To Sprint? DNA tests could hold the answer. International Herald Tribune. December1st 2008

MacArthurDG, Seto JT, Chan S, et.all. Human Molecular Genetics 2008 17(8):1076-1086

No comments: