Tuesday, March 17, 2015

Midnight Diner

Setelah Bulan Februari 2015 ini absen dari menulis, malam ini saya merasa harus mulai mengisi blog ini lagi. Sesungguhnya ada beberapa tulisan yang sudah saya rencanakan untuk ditulis sejak Bulan Januari. Jadi, mari kita mulai dari serial film Jepang dengan judul ‘Midnight Diner’  berikut ini.

Serial ini baru tayang di channel TV ‘Waku Waku Japan’ setiap hari Senin-kamis pukul 21.00-22.00. Serial ini sangat sederhana baik dilihat dari sudut pandang cerita, pelaku, setting tempatnya dan yang paling saya kagumi adalah kesederhanaan ide dan konsep ceritanya. Kalau ada serial, film, dan buku Jepang yang saya sukai maka hampir pasti itu karena ada sudut pandang yang sederhana namun tidak biasa tentang kehidupan sehari-hari. Jika Anda sempat membaca ringkasan cerita dalam blog saya yang berjudul ‘No One Perfect’ maka semangat yang sama akan Anda temukan dalam serial ini, KESEDERHANAAN.

Kisah hidup manusia selalu menarik untuk dinikmati dan selalu ada sudut pandang baru untuk menikmatinya salah satunya melalui seorang penjual makanan. Melihat dua kali tayang serial ini saya sudah dapat membuat kesimpulan bahwa setiap episodenya akan terjadi di sebuah kedai tengah malam. Dinamakan demikian karena kedai ini memang hanya buka mulai tengah malam, tepatnya pukul 00.00-07.00.

Ada beragam pelanggan yang datang mengunjungi kedai ini dengan cerita mereka masing-masing. Yang unik dari serial ini adalah bahwa terkadang kenangan dan cerita kehidupan seseorang tersebut dikaitkan dengan menu makanan tertentu. Apakah Anda memerlukan contoh untuk memahami maksud saya? Bagaimana kalau saya ceritakan tentang satu episode yang tayang hari ini, 17 Maret 2015.

Kali ini ada seorang pembeli pemudi yang bercita-cita jadi pembawa acara TV yang sedang menikmati makan di kedai tersebut. Kemudian datang seorang pemuda yang langsung memesan roti isi telur kepada penjualnya dengan membawa rotinya sendiri. Pemuda tadi menawarkan rotinya kepada pemudi yang terlihat tertarik pada makanan tersebut. Di kesempatan lain sang pemudi datang dengan membawa roti dan juga langsung memesan roti isi telur. Ia bertanya kepada penjual makanan, tentang pemuda itu. Sang penjual hanya menjawab,” Sebentar lagi ia akan datang”, sambil melihat jam. Dan sang pemuda itupun benar datang dan hendak memesan roti isi telur. Kali ini ganti si pemudi yang menawari roti isi telurnya kepada sang pemuda. Dan dengan malu-malu sang pemuda mengambil makanannya kemudian pergi.

Pembeli yang lain pun mengomentari,”Mereka akan menjadi pasangan yang serasi. Sang laki-laki canggung dan malu-malu menerima makanan yang ditawarkan. Sang perempuan juga terlihat memperhatikan”.

Alkisah mereka sudah saling tukar menukar no HP. Dan pemudi itu mengajak sang pemuda untuk bertemu. Pemudi tersebut sudah berhasil menjadi pembawa acara yang terkenal sedangkan sang pemuda masih kuliah dengan bekerja sambilan sebagai loper koran. Merekapun bertemu di kampus sang pemuda. Si pemudi menyatakan perasaannya kepada yang pemuda. Sayang, sang pemuda mengatakan, “Kita berbeda dunia”.

Setelah menolak sang pemudi, pemuda menyesal dan terkadang ingin sekedar berkirim kabar pada sang gadis tapi urung dilakukannya. Waktu berlalu sampai suatu ketika kedai itu ramai membahas koran yang berisi rencana pernikahan si pemudi dengan pemilik bisnis. Pengunjung laki-laki yang ada di kedai itu menawarkan waktu untuk ngobrol dengan sang pemuda untuk mengurangi rasa sedihnya (meski sang pemuda tidak tahu apa yang dibicarakan karena ia baru saja datang). Namun ada juga pengunjung perempuan di sana yang mengatakan,”Apa kamu tidak bisa berusaha lagi untuk merebut perempuan yang kamu cintai?”

Akhirnya sang pemudapun menghubungi si pemudi dan berjanji menemui si pemudi. Ketika menunggu, ia mendengar pembicaraan rekan kerja kantor sang pemudi yang mengatakan betapa sang pemudi mengambil keputusan yang tepat untuk menerima lamaran sang pemilik bisnis. Mendengar itu, sang pemuda sakit hati dan kembali ke kedai yang kali ini sudah sepi.

Ia bertanya kepada penjual makanan, “Ini pasti soal siapa yang lebih kaya kan?”

Sang penjual lalu menceritakan bahwa sang pemudi pernah mengunjungi kedai untuk bertemu dengan pemuda itu. Saat itu ia menceritakan bahwa sang pemudi merasa sedih setelah ditolak sang pemuda dan pada saat yang bersamaan datanglah sang pemilik bisnis yang menyukainya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada sang pemilik bisnis sampai akhirnya ia menceritakan perasaannya terhadap sang pemuda. Sang pemilik bisnis hanya mengatakan “Silakan dipikirkan masak-masak”. Akhirnya sang pemudi merasa bahwa ia bisa merasa nyaman menyampaikan apapun perasaannya kepada sang pemilik bisnis itu. Dan itulah alasan akhirnya ia menerima lamarannya.

Di akhir cerita sang penjual makanan menasehati pemuda itu, “Jangan berburuk sangka pada gadis yang kamu cintai. Ia hanya ingin mengucapkan selamat tinggal secara langsung. Kamu seharusnya bangga karena ada perempuan sebaik itu mencintaimu”. Lalu sang pemudapun menangis. Ia tetap kuliah dan tetap bekerja sebagai loper koran tetapi ia tidak pernah lagi datang ke kedai tengah malam dan memesan roti isi telur tersebut.

Jadi satu episode, satu cerita, dan tentang satu menu makanan. Ceritanya selalu tentang kasih sayang bukan hanya pasangan kekasih tapi juga adek kakak, anak- orang tua dan masih banyak kemungkinan lain (karena baru 8 episode yang saya tonton). Dan menu makanan yang dijadikan temapun adalah menu makanan sederhana yang bisa dibuat sehari hari di rumah seperti mie goreng dengan telur di atasnya (ada kenangan antara anak perempuan dengan ayahnya di episode ini), salad kentang (anak laki-laki dengan ibunya), nasi mentega (pasangan kekasih yang saling menyukai namun akhirnya masing-masing masih tetap sendiri sampai usia lanjut dan baru dipertemukan di kedai ini). Dalam kesederhanaan itulah tersimpan potensi banyak kenangan karena makanan tersebut dibuat atau diperuntukkan oleh orang-orang yang tersayang.

Yang menarik dari serial ini adalah karena resepnya yang sederhana namun sangat berkesan bagi tokoh dalam episode tersebut. Hampir di setiap episode ada bagian dimana sang tokoh akan berusaha menghabiskan makanan tersebut sambil menangis karena mengenang seseorang. Dan karena kesan yang mendalam terkait dengan makanan tersebut, ada kemungkinan Anda akan tertarik untuk mencoba memasaknya juga. Nah Anda dapat belajar cara membuatnya karena mereka juga memberikan tips membuat menu yang menjadi tema episode tersebut di akhir cerita. menarik bukan?

Jadi mungkin memang benar kata orang tua, ”Sentuhlah hati seseorang lewat perutnya”. ;)





4 comments:

mhrz2013 said...

Saya juga suka nonton drama ini mbak.. ceritanya membumi, cerita keseharian saja..tidak kelewat muluk2..

Nuri said...

iya, memang terkadang yang sederhana seperti ini justru lebih menyentuh ya

Anonymous said...

sekarang tayangnya jam 10 kalau nonton di useetv

reka said...

assalamualaykum, wr,wb. maaf benar dengan Ibu Nurul Kodriati? perkenalkan saya reka dari IK UGM 2012 ingin memohon izin untuk kuisioner dukungan lansia pada penderita DM. Kira2 adakah kontak ibu yang bisa saya hubungi?mohon maaf sebelumnya dan terimakasih:)