Wednesday, May 26, 2010

Sang Pemain Harpa


“Nanti kan konser Harpa dan saxophone, Rul. Pasti bagus!” Kata Sari Wulandari.

Aku mengangguk, ”Owh jadi konser Harpa dan saxophone sore nanti,” Kataku dalam hati.

Aku memang belum tahu konser apa yang akan kutonton. Tapi dari dulu aku tahu FK UGM dan Karta Pustaka kerap menghadirkan pemusik-pemusik handal dari Belanda. Sejak awal tahun 2000-an, aku memang sangat ingin menonton acara musik seperti ini. 

Akhirnya kesempatan itu datang. Saxophone, aku sering mendengar instrumen ini terutama ketika KennyG sangat terkenal, sekitar tahun 1990-an. Sedangkan Harpa, baru beberapa kali aku melihat liputannya dan cuplikan permainannya. Tapi melihat dan mendengar langsung kedua alat musik ini bermain, pasti LUARR BIASA!!

Promosi kegiatan yang diselenggarakan di Auditorium FK UGM pada tanggal 18 Mei 2010 ini biasa-biasa saja, kalau bisa dikatakan nyaris tidak ada. Setelah sekitar 15 menit konser berlangsung aku baru bisa membaca nama-nama pemain di atas panggung.

“Lavinia Meijer (pemain Harpa), dan Aurelia Saxophone Qurtet”, Bacaku perlahan dari brosur empat halaman.



Aurelia Saxophone Quartet dibentuk sejak tahun 1982 di Roma, Italia. Grup ini terdiri dari empat orang (kuartet) yaitu Johan van der Linden (soprano), Niels Bijl (alto), Arno Bornkamp (tenor) dan Willem van Merwijk (bariton). Grup ini sudah sering mengadakan konser ke berbagai negara lintas benua. Selain itu, mereka juga sering membuat rekaman untuk program TV dan radio.

LAVINIA MEIJER. Orang Belanda? Mungkin tapi yang jelas ia dilahirkan di Korea yang diadopsi oleh keluarga Belanda. Menyelesaikan master di bidang musik dan mendedikasikan dirinya untuk bermain Harpa.

“Tujuan saya adalah membuat Harpa menjadi lebih dikenal sebagai instrumen musik solo dengan segala kemungkinannya, sesuatu yang belum diketahui masyarakat umum,” Kata Lavinia.

Lavinia telah membuat dua album “Divertissement” (2008) dan “Visions” (2009). Malam itu musik yang mengalun terdengar begitu lembut, terkadang usil, lincah kemudian mengalun lagi. Aku tidak tahu bagaimana dia membagi pikiranny untuk memetik 47 buah senar dengan kedelapan jarinya. (Menurut keterangan Lavinia, pemain Harpa hanya menggunakan 4 jari dari masing-masing tangannya) kemudian menahan beban harpa di pundak kanannya sambil kedua kakinya menekan lima pedal (di kanan dan kiri harpa) dengan tiga buah varian dari masing-masing pedal.

“Alat musik yang rumit”, Pikirku.

Lama menekuni alat musik ini, Lavinia terlihat begitu menghayati setiap gerak jarinya dan hentakan kaki di pedal. Kepalanya sering terlihat terangguk-angguk, bergeleng. Matanya terkadang terpejam, sikunya tertekuk ketika harus memetik senar di dekat bahuny lalu tiba-tiba terulur. Punggungnya sering membungkuk dan bergoyang, mengikuti irama musik. Ia, Lavinia, begitu menikmati bermain Harpa.

Ketika bermain, ia tidak perlu berpikir, ”Kenapa aku melakukan ini?” atau “Apa manfaatnya bermain Harpa?” “Apa yang sebenarnya bisa kulakukan selain bermain harpa?” Ia melakukannya karena ia adalah Lavinia Meijer.

Dan jika Anda mengunjungi websitenya www.laviniameijer.com, Anda akan mendapati bahwa jadwal konsernya telah padat sampai dengan Oktober 2010 di beberapa negara berbeda. Ia mendedikasikan dirinya untuk Harpa. Harpa adalah dunianya. Karena dari situlah keingintahuannya terus tumbuh.

Banyak hal yang kupelajari darinya. Mungkin bekerja berdasarkan hati nurani akan lebih baik dari pada mendengar pendapat orang lain. Harpa bukan sesuatu yang umum dikenal orang. Tidak banyak yang bisa dijanjikan dan yang jelas banyak hal lain yang bisa dilakukan dari pada hanya bermain harpa. Tapi Lavinia memilih untuk menekuni apa yang ia ingin lakukan dalam hidupnya.

Mungkin memang benar, ”Apa yang dikatakan orang tidak akan terlalu penting, sepenting apa yang diri kita sendiri katakan tentang sesuatu”.

Nilai kedua lainnya adalah Apa yang jamak dilakukan orang belum tentu baik untuk kita. Masyarakat jauh lebih mengenal gitar, drum atau menjadi penyanyi daripada harpa. Tapi apakah Lavinia akan sehebat sekarang jika ia memilik alat musik lain selain harpa?

Terakhir, kalau aku bekerja aku ingin melakukan sesuatu yang bisa kunikmati. Pekerjaan yang ketika menjalaninya membuatku semakin bersemangat. Sesuatu yang aku tidak bisa hidup tanpa memikirkannya. Sesuatu yang membuatku segera bangkit dari tempat tidur di pagi hari karena aku tidak sabar untuk meneruskan pekerjaanku.

Dan...kalau aku mencinta. Aku ingin dengan ikhlas selalu berusaha mendampinginya. Memaafkan sebelum dia meminta, mengizinkannya bepergian sebelum dia mengatakannya kepadaku. bersemangat berusaha bersama untuk masa depan. Tidak menuntutnya menutup mata dan telinga dari wanita cantik dan suara merdu lainnya karena hatinya pasti akan menuntun kembali kepadaku.

Semoga Allah menganugerahkan pekerjaan dimana kita bisa berusaha sepenuh hati. Bukakanlah peluang yang lain jika memang itu yang terbaik atau membukakan hati kita untuk menerima apa yang telah Kau berikan saat ini. Amien.

No comments: