Thursday, February 27, 2014

'Kawan' Lama Dilupakan Jangan

Saya mungkin golongan minoritas yang akan mengatakan bahwa berganti-ganti atau menggunakan beberapa gadgets sekaligus itu tidak harus dijadikan gaya hidup. Menjadi terdepan dalam membeli produk-produk terbaru (meskipun lebih nyaman, lebih ringan, keren, modern) bukan ambisi saya. Bagi saya, setiap pembeli punya kewajiban sosial terhadap berapa banyak sampah yang dihasilkan dari keputusannya untuk membeli barang. Dan dengan sudut pandang ini, tentu saja membeli alat transportasi, HP, komputer, benda apapun yang masih sulit didaur ulang menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.

Orang Jawa mungkin akan berkata bahwa saya cukup nrimo. Nrimo dengan motor tahun 90an dan komputer yang sudah 7 tahun menemani saya. Saya akan sangat salut jika bisa menemui orang yang mendukung keputusan saya untuk tetap menggunakan jasa barang-barang tersebut. Saya pribadi tidak ada keluhan dengan memiliki dan menggunakan barang-barang lama. Motor itu tetap bisa mengantar saya pergi seputar Jogja dengan relatif nyaman, tidak pernah mogok, bensin tidak terlalu boros. Komputer ini selalu bisa menyala dan bekerja dengan baik, layarnya lebar membuat mata tidak mudah capek. Saya justru memuja ketangguhannya.

Selama barang-barang tersebut masih berguna sebagaimana fungsinya, saya merasa tidak punya alasan untuk membeli barang yang baru selain karena secara emosional saya sulit melepas barang-barang milik saya. HP saya yang berusia 2 tahun terpaksa saya bebas tugaskan karena layar sentuhnya bermasalah dan untuk memperbaiki harganya lebih mahal dari pada membeli yang baru. Pun saya lebih memilih untuk menggunakan hibah dari kakak saya dari pada dorongan untuk membeli yang baru.

Saya tahu sangat sulit bagi orang lain untuk memahami pola pikir saya. Sungguh, saya tidak ada masalah dengan memiliki barang-barang lama tersebut. Kalau saya harus membeli itu adalah alternatif terakhir. Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak sampah elektronik yang harus saya hasilkan jika harus memuaskan keinginan untuk lebih bisa diterima lingkungan sosial kita. Benda-benda tersebut hanya alat bantu untuk memudahkan kita. Oleh karena itu, saya hanya meletakkan fungsinya tetap sebagai alat bantu, sayalah pemeran utamanya dalam hidup saya. (hohoho kadar narsis saya lebih tinggi dari yang Anda dapat bayangkan).

Salah seorang saudara saya pernah berkomentar, “Motor lama kan polusinya lebih besar dari pada motor baru”.

Dengan mudah akan saya jawab, “Tapi ketika saya memutuskan membeli motor baru, motor lama ini akan digunakan orang lain. Secara tidak langsung saya berkontribusi pada polusi yang justru lebih besar”.

Dari pada sekedar menjual pada orang lain, saya lebih tertarik untuk mendaur ulang motor tersebut. Masalahnya, saya masih kesulitan menemukan tempat yang dapat mengelola sampah jenis ini. Tidak dapat dipungkiri, kemampuan kita untuk menghasilkan sampah elektronik jauh lebih tinggi dari pada kemampuan kita untuk mendaur ulang barang-barang tersebut. Kadang terpikir, “Apakah ada kampus teknik atau perusahaan, sebesar dan setenar Samsung dan Apple misalkan, yang berpusat pada bagaimana mengolah dan mendaur ulang sampah elektronik? Sebagai counter balance dari memproduksi barang-barang elektronik”.

Selain berpikir saya juga berupaya untuk melakukan hal-hal konkrit. Salah satunya, saya akan mencari informasi bagaimana perusahaan tersebut juga berkomitmen terhadap lingkungan sebelum membeli sebuah produk elektronik. Bagi saya, itu adalah selemah-lemah iman untuk membantu masalah sampah. Membeli produk dari perusahaan yang peduli lingkungan mengurangi perasaan bersalah karena telah menghasilkan sampah sekaligus merasa telah menjadi bagian dari usaha mengurangi masalah. Saya tidak peduli apakah informasi yang disediakan perusahaan itu hanya bagian dari usaha marketing. Saya hanya peduli bahwa setidaknya ada usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi dampak.

No comments: