Thursday, September 10, 2009

Berdamai dengan ‘Tuhan Sembilan cm’ [2]

Pak Yadi dan dua bungkus rokoknya selama delapan tahun. Anda memiliki kalkulator? Saya tertarik untuk sedikit berhitung. Bisa bantu saya? Sebelumnya, mari kita membuat asumsi bersama. Asumsi pertama terkait dengan harga. Satu bungkus rokok termurah adalah Rp. 2.500 dan termahal Rp. 25.000. Asumsi kedua, Pak Yadi secara konsisten mengisap rokok sebanyak yang saya sebut di atas selama kurun waktu tersebut. Dan terakhir, jumlah hari dalam satu bulan adalah 30.

T= p*b*h*m*n

T= Total pengeluaran terkait dengan rokok
p= price= harga satu bungkus rokok (range: 2.500-25.000)
b= Jumlah rokok yang diisap (bungkus*)
h= jumlah hari dalam satu bulan (30)
m= jumlah bulan dlm satu tahun (12)
n= total tahun merokok (8*)
Note: * disesuaikan dengan kasus pak Yadi

Menggunakan rumus di atas, berapa total rupiah yang dikeluarkan Pak Yadi? Saya mendapatkan hasil Rp. 14.400.000 – Rp. 144.000.000. Apakah Anda mendapatkan angka yang sama? Terkejutkah Anda dengan jumlah nominal tersebut?
Rp. 14.400.000 benar- benar dikeluarkan Pak Yadi jika beliau hanya membeli rokok seharga Rp. 2.500 selama 8 tahun. Nominal Rp.144 juta juga bisa didapatkan dengan logika yang sama namun menggunakan harga termahal dalam asumsi saya. Namun saya memberi sedikit kelenturan bahwa mungkin saja rokok seharga Rp 2.500 tidak ditemui beliau sehingga harus membeli yang lebih mahal. Atau mungkin pak Yadi tergoda untuk menikmati rokok eksklusif seharga Rp.25.000. Hal ini akan memberikan nilai total diantara Rp. 14.400.000- Rp.144 juta.
Angka yang luar biasa menurut saya. Jika saya tunjukkan kalkulasi ini kepada Pak Yadi saat ini. Saya yakin dia akan menghembuskan napas lega karena berhasil terbebas dari rokok. Meski beliau harus mengeluarkan uang untuk membeli buku-buku, mengikuti pelatihan meditasi dan yoga. Tapi dengan menginvestasikan kesehatan dan masa depannya itu akan jauh lebih menguntungkan.
Tapi bagaimana jika saya menunjukkan bukti ini di antara delapan tahun periode merokok yang beliau lalui? Apakah bisa mempercepat membantu beliau untuk berhenti? Mungkin. Setidaknya beliau bisa mempertimbangkan ulang untuk mengurangi atau bahkan berhenti sama sekali. Kita perlu ingat bahwa rokok bersifat adiktif. Otak sudah terbiasa bekerja dengan sokongan nikotin. Dan berusaha mempertahan levelnya atau bahkan meningkatkannya.
Dalam rentang waktu delapan tahun tersebut, pemerintah mengambil keputusan untuk menaikkan pajak dan harga rokok, anggaplah, menjadi Rp. 3.000 dari harga Rp 2.500. Apakah Pak Yadi akan mulai lebih aktif berpikir untuk berhenti? Saya khawatir itu tidak akan berpengaruh banyak. Bahkan mungkin beliau akan mencari alternatif yang lebih murah. Beliau bisa saja membeli tembakau kering dan membungkusnya sendiri. Ini yang disebut rokok lintingan. Harganya bisa jauh lebih murah. Istilah seribu jalan menuju Roma bisa saja berlaku. Pembelian tembakau langsung ke petani tembakau juga bisa dilakukan. Ini akan semakin mempersulit pengawasan terhadap rokok dan penggunaannya.
Karakter Pak Yadi ini disebut sebagai Price-insensitive consumer oleh para ekonom. Naik atau turunnya harga tidak akan merubah kebutuhan (Demand) terhadap rokok. Persis seperti bagaimana kita bisa seenaknya mempermaikan harga sembako selama waktu lebaran. Kebutuhan akan tetap meningkat, pembelian tidak akan terelakkan meskipun harga terus melambung.
Intervensi tunggal, terutama hanya kepada pajak, memang bukan ide yang bagus untuk mengatasi masalah ini. Selain prevalensi, jumlah total, perokok tidak akan terlalu banyak menurun. Selain itu produsen sampai penjual eceran mungkin akan sedikit dirugikan karena kehilangan pelanggan. Lalu bagaimana untuk mengatasi masalah ini? Atau mungkin lebih baik kita tanyakan, “Adakah cara tepat untuk mengatasi masalah ini?”

To be continued ...[3]
NB: Kekurangan dalam perhitungan saya adalah saya tidak menggunakan discount rate. Hal ini penting karena nilai uang hari ini tidak akan sama dengan nilai di masa depan. Keuntungan yang di dapat hari ini akan selalu lebih baik dari pada menunggu keuntungan dengan jumlah yang sama di masa depan.

No comments: