Saturday, January 03, 2009

My resolution

“I am Leaving the past as it is and living today for what it is”, Jeritku dalam hati. Di atasku fireworks berbagai warna dan bentuk bermain-main indah. Satu, dua, tiga membentuk payung di atasku. Payung yang indah berwarna merah, ungu, kuning. Hijau tetap yang terindah di mataku.
“Happy new year, Xue Yen!” Kubalas ucapan selamat temanku. Satu tanganku melingkar di bahu kirinya. Yang lain tak berkutik karena digenggamnya erat.  ini hanyalah salah satu usaha untuk mempertahankan tubuh dalam suhu normal.
Detik pertama di tahun 2009. Umea, Sweden pukul 00.00 bersuhu minus 10. Tidak terlalu dingin jika angin tidak ikut meramaikan suasana. Membuat kakiku terasa nyilu. Tanganku sedikit kebas setelah berada di luar selama satu jam lebih.
Pertunjukan tanpa kata di langit itu berlangsung sekitar 10 menit.
“YES”, Teriak bocah balita di sampingku. Matanya terus terarah ke atas, acuh meski beberapa pasang mata melirik ke arahnya.
Tepuk tangan bergemuruh beberapa kali. Terang kembang api berlatarkan gelapnya langit. Ternyata ‘kegelapan’ justru membuat cahaya terasa lebih ‘bersinar’. Kalaupun ‘hitam’ lebih mendominasi selalu akan ada warna.
Selalu ada alasan untuk bersyukur atas nikmat hari ini. Seperti salah satu ayat favoritku dalam AlQuran ,“Wa laa i Robbikuma Tukadziban”. Dan nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan. Kalimat ini beberapa kali disebut dalam surat ArRahman.
Ada saatnya kita tersesat supaya kita tahu apa yang dimaksud jalan yang benar. Ada saatnya kita sedih agar lebih mensyukuri saat bahagia. Tahun 2008 ini, aku dikhianati sahabat dalam urusan pekerjaan dan sekaligus patah hati. Itu sangat menyakitkan. Sedih tentu saja. Hilang arah dan tak tahu jalan tujuan bisa dimengerti. Tapi keadaan tidak akan berubah tanpa ada usaha.
Allah tidak akan merubah nasib kaumnya tanpa usaha. Apa dengan meratapi nasib kemudian aku bisa menghapus peristiwa pencolongan dataku? Menangis dan tidak fokus pada pekerjaan akan membuat ‘lelaki’ di belahan bumi yang lain itu berpaling padaku?
Jawabnya, “TIDAK.TIDAK.TIDAK”
Gelapnya langit membuat kembang api menjadi lebih indah. Hidupkupun akan lebih indah dengan banyaknya cobaan yang kuhadapi. Toh aku tidak pernah sendiri. Ada keluarga yang selalu bisa kuajak bicara. 3 ponakan jagoan yang meski jauh tapi selalu dekat di hati. Ada teman yang selalu menanti. Kurang apa lagi coba aku ini?
Sulit sekali berdamai dengan kegagalan. Aku semakin kagum pada para diplomat. Kagum pada bagaimana mereka berkompromi. Kudapati bersahabat dengan masa lalu terutama yang menyakitkan sangatlah sulit. Selalu ada alasan untuk menunda-nunda pekerjaan dulu sebelum bersusah payah lagi. Call me a Proscrastinator!!
Kulihat jam dinding di radhusset menunjukkan pukul 12.15. waktunya untuk pulang. Saatnya untuk berjuang lagi. Tahun sudah berganti maka semangatpun harus diperbaharui. Tahun ini, aku akan menyelesaikan sekolahku lagi untuk kesekian kali. Waktunya untuk bekerja dan mengabdi. Meski dunia sedang dilanda krisis, jangan menyerah. Rizki Allah ada dimanapun. Tahun untuk ‘menyingsingkan lengan’ kurasa.
Bekerja sebagai peneliti bukan ide yang buruk. Di Universitas atau NGO bukan masalah. Di luar negri lebih kuprioritaskan kurasa. Atau magang di majalah di luar negri? Mengasah bahasa inggris, kemampuan menulis sekaligus jurnalisme? Hmmm...masih tergoda. ;)
Bagaimana kalau kita merencanakan untuk membuat kenangan? Dengan berusaha memberikan yang terbaik pada orang-orang terkasih dan mensyukuri yang ada saat ini. Masa lalu memang selalu bisa dikenang. Tapi selalu ada ‘detik ini’ untuk membuat kenangan baru.

2 comments:

Anonymous said...

Gagasannya sederhana, tapi kalimat-kalimatmu tajam Rul. Membuatku tertegun dan teringat ketika kita waktu itu saling membagi cerita ttg hati. Ternyata memang sakit hati oleh apapun tidak mudah untuk disembuhkan.

SEMANGAT!!! Sukses untuk kita...

Nuri said...

thanks Rin. sukses untukmu slalu!! selalu menanti kesempatan untuk bercengkrama denganmu lagi