Wednesday, December 10, 2014

Sesantai Apapun Anda, Jangan Pernah Baca Tulisan Ini

“DOOR!!”

Apakah Anda tetap meneruskan untuk membaca tulisan saya ini setelah membaca judulnya. Ada perasaan justru terdorong untuk membaca? Anda masuk dalam perangkap yang saya buat.

Tulisan ini saya buat dalam rangka memperingati  lima tahun pasca saya menulis sebuah artikel berjudul “Jitu dengan Psikologi Terbalik”. Tulisan ini menurut catatan statistik Blogspot selalu menduduki peringkat pertama yang dibaca oleh para pengunjung blog saya. Cara menemukan artikel ini bermacam-macam tapi salah satu yang utama yang membuat tulisan ini bisa terus bertahan selama lima tahun adalah mencari via search engine dengan kata kunci psikologi terbalik (reverse psychology).

Jika Anda merasakan dorongan untuk melakukan kebalikan dari judul tulisan saya ini, saya hampir bisa pastikan bahwa Anda juga sering mengalami satu hal berikut di pintu manapun. Setiap kali di pintu itu tertulis ’DORONG’ maka Anda justru ingin menariknya. Dan setiap kali tertulis ‘TARIK’ maka Anda ingin mendorongnya.

Anda tidak sendiri. Ada banyak teman-teman lain yang mengalami hal ini termasuk saya. Keinginan untuk melakukan hal yang berlawanan adalah efek dari psikologi terbalik yang terlalu sering dialami atau dilakukan. Dengan kata lain, psikologi terbalik dapat mengganggu komunikasi .  Orang yang terbiasa menggunakan dan mendapatkan psikologi terbalik akan terbiasa untuk mengartikan kebalikan dari yang dikatakan sebagai maksud yang sebenarnya. Jika disuruh diam maka itu berarti harus bicara. Jika dipuji maka itu berarti mengejek dan merendahkan. Kita menjadi orang yang tidak mudah dipuji dan percaya terhadap kata-kata yang disampaikan orang lain dan membutuhkan waktu untuk mengkonfirmasi dengan komunikasi nonverbal lainnya sebelum mengambil kesimpulan.

Pengalaman menarik dan mendorong pintu tadi hanyalah pengalaman individual yang jika dilakukan secara jamak di setting yang berbeda maka akan membuat gangguan sistem sosial.  Seperti gambar di bawah ini. Tulisan dilarang membuang sampah di sini justru berada diantara tumpukan sampah. Kondisi ini seakan memberikan pesan yang berbeda dan orang cenderung lebih percaya pada pesan konkrit yaitu adanya sampah di sekitarnya. Saya jamin akan semakin banyak orang yang membuang sampah di sana.


Contoh lain yang sering kita lihat adalah banyaknya orang parkir justru persis di depan larangan parkir. Sepintas mudah sekali mencerca orang-orang tersebut sebagai orang yang tidak berbudaya. Tetapi orang-orang tersebut sudah terlatih untuk melakukan hal yang sebaliknya dan menganggap bahwa yang sebaliknya adalah yang sebenarnya diinginkan. Dan jika orang yang berpemahaman seperti ini ada banyak jumlahnya maka pamandangan sampah menggunung di depan tulisan dilarang membuang sampah dan parkir motor di depan larangan parkir akan sering kita jumpai.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh MacDonald G, Nail PR & Harper JR (2011) menyatakan bahwa sekitar 66% mahasiswa(i) S1 di Queensland dan 72% mahasiswa (i) di University of Toronto , Canada menggunakan psikologi terbalik ini. Presentase yang cukup besar. Salah satu contoh penggunaan psikologi terbalik ini adalah

“Saya menggunakan hal ini setelah ujian berakhir dengan mengatakan saya gagal sehingga orang lain akan berusaha menghibur saya”

Peneliti meyakini bahwa penggunaan psikologi terbalik ini akan jauh lebih besar di daerah yang lebih mengutamakan komunikasi tidak langsung dan budaya sungkannya lebih besar. Australia dan Canada jelas bukan representasi yang baik untuk kasus ini. Di budaya yang menekankan komunikasi tidak langsung ini meyakini bahwa menyatakan pendapat yang berbeda dan berargumen langsung akan dianggap tidak sopan. Oleh karena itu, mereka cenderung akan memilih kalimat yang seolah olah sesuai dengan lawan bicara (meskipun berbeda dengan apa yang diyakininya) agar lawan bicara memutuskan sebaliknya.

Contoh lain dari penggunaan psikologi terbalik ini adalah sebagai berikut:

“Ketika ada dua pilihan dengan teman, maka saya akan mengatakan pada teman saya untuk membuat pilihan, dengan harapan bahwa mereka akan tidak setuju dan mengatakan bahwa saya bisa memilih (saya mendapatkan pilihan saya tanpa terlihat terlalu mengontrol dan mendominasi).”

Strategi ini memang paling tepat dilakukan ketika berhadapan dengan orang yang senang mendebat dan sulit berkompromi. Salah satu cara yang paling jitu menghadapi orang dengan tipe ini adalah dengan mengatakan kebalikan dari yang kita inginkan. Karena orang ini tipe yang sangat mudah tidak setuju, ada kemungkinan dia akan menjawab hal yang sebaliknya yang sebenarnya kita inginkan seperti contoh di atas. Oleh karena itu metode ini sangat sering diterapkan pada anak-anak.

Sebenarnya masih banyak metode lain yang dapat kita gunakan untuk berkompromi dan membuat lawan bicara melakukan yang kita inginkan. Jika Anda cukup asertif dengan menyatakan secara terbuka pendapat kita dan menunjukkan ketidaksetujuan lawan bicara, kemudian membuka diri untuk diskusi juga dapat meningkatkan kesuksesan komunikasi kita.
Masihkah Anda akan menggunakan psikologi terbalik cukup sering?
   
Referensi

MacDonald G, Nail PR & Harper JR. Do people use reverse Psychology? An exploration of strategic self-anticonformity. Social Influence. 2011, 6(1)  

No comments: